Ingat, Metode Menurunkan Berat Badan Tiap Orang Tidak Sama

Mungkin Anda dan sahabat sama-sama sedang menjalani program berat badan. Namun, ingat tak tubuh manusia memiliki waktunya masing-masing untuk beradaptasi saat menurunkan berat badan.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Jan 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2019, 11:00 WIB
Tips Ampuh Turunkan Berat Badan Tanpa Diet
Menurunkan berat badan. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Anda dan pasangan sama-sama sedang program menurunkan berat badan. Namun, bisa saja dia lebih cepat dalam menurunkan berat badan. Rupanya, faktor tubuh turut memengaruhi alasan ada orang yang mengalami kenaikan atau penurunan berat badan lebih cepat maupun lambat.

"Durasi waktu untuk menurunkan berat badan masing-masing orang berbeda. Tubuh manusia juga tidak dapat disamaratakan seperti mesin," ujar dokter spesialis kedokteran olahraga Sophia Hage ketika dihubungi Health Liputan6.com ditulis Selasa (15/1/2019).

Setiap orang, kata Sophia, memiliki kondisi yang berbeda-beda. Ini juga membuat metode yang digunakan seseorang dalam menurunkan berat badan pada setiap orang bisa berbeda-beda.

Selain itu, Sophia menambahkan bahwa karena tubuh manusia butuh beradaptasi, maka menurunkan berat badan secara drastis dalam waktu yang singkat dan terlalu cepat sangat tidak dianjurkan.

"Kebanyakan penelitian menganjurkan penurunan berat badan yang sehat sebaiknya dijaga dalam rentang 1 sampai 2 kilogram per minggu atau 4 sampai 8 kilogram per bulan," saran Sophia.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

Dalam kasus yang ekstrem

Begini Kondisi Terkini Perempuan Penderita Obesitas Titi Wati Setelah Dirawat 4 Hari di RS
Titi Wati setelah berada di RS. (Liputan6.com/Rajana K)

Namun, dia mengatakan bahwa ada beberapa kasus ekstrem yang mengancam jiwa. Untuk kondisi semacam ini, dibutuhkan intervensi yang agresif dan dalam pengawasan medis.

Salah satu kasus ekstrem misalnya seperti yang dialami Titi Wati asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah yang memiliki berat badan hingga 220 kg. Kondisi tersebut membuat Titi harus melakukan operasi pengecilan pada lambungnya.

Dalam kasus Titi sendiri, Sophia melihat ada kemungkinan beberapa faktor yang membuat berat badannya melonjak drastis. Seperit kurangnya aktivitas fisik serta kebiasaan mengonsumsi camilan tidak sehat.

"Faktor-faktor lainnya selain nutrisi dan aktivitas yang perlu digali adalah apakah ada underlying disease atau penyakit atau gangguan medis yang menyebabkan kenaikan berat badannya, apakah itu gangguan metabolisme atau hormon," tambah wanita yang mengambil pendidikan spesialisasi kedokteran olahraga di Fakultas Kedokteran UI ini. 

Selain itu, stres atau masalah emosional lain juga bisa menjadi penyebab berat badan bertambah. "Sehingga setiap kali stres atau cemas, lari ke makanan atau nyemil."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya