Pintar Mengatur Waktu Bisa Cegah Hipertensi

Masalah tenggat waktu dan konflik dengan rekan kerja juga bisa menaikkan risiko tekanan darah tinggi.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 25 Feb 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2019, 11:00 WIB
Waktu tidur (iStock)
Dari sisi kesehatan, manajemen waktu yang baik berperan penting, salah satunya mencegah hipertensi. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Mengatur waktu tidak hanya berguna agar kegiatan dan kesibukan tidak menumpuk serta lebih teratur, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Dari sisi kesehatan, manajemen waktu yang baik berperan penting, salah satunya mencegah hipertensi.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Paskariatne Probo Dewi Yamin mengatakan, penyebab tingginya angka hipertensi, khususnya pada generasi milenial salah satunya adalah akibat stres karena pekerjaan. Selain itu, masalah tenggat waktu dan konflik dengan rekan kerja juga bisa menaikkan risiko tekanan darah tinggi.

"Misalnya hari ini saya ditugaskan menjadi pembicara di salah satu workshop, slide (presentasi) belum jadi, karena terkadang adrenalin baru terpacu menit-menit terakhir ya," kata Paska dalam konferensi pers di Jakarta. Ditulis Senin (24/2/2019).

"Akhirnya stres (karena) pekerjaan, begadang sampai malam menyelesaikan slide," imbuh Paska.

Dia mengatakan, selama ini kita sering menunda-nunda waktu menyelesaikan pekerjaan. Padahal, waktu yang ada sesungguhnya sangat banyak. Pekerjaan yang dikerjakan di saat-saat mendekati tenggat itulah yang bikin seseorang rentan kena stres dan hipertensi.

"Pola-pola itu yang sebenarnya tidak bagus. Jadi manajemen waktu itu harus bagus karena itu penting. Ketika kita bisa memanajemen waktu dengan baik, mengurangi stres terutama pekerjaan, kehidupan sehari-hari kita lebih terkontrol dan mengurangi risiko hipertensi, " kata Paska berpesan. 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

Gaya hidup pengaruhi risiko hipertensi

Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1 persen pada masyarakat Indonesia di atas 18 tahun. Angka ini mengalami peningkatan dari sebelumnya 26,5 persen pada 2013.

Paska mengatakan, gaya hidup yang buruk dan dilakukan banyak masyarakat menjadi faktor terbesar tingginya hipertensi. beberapa gaya hidup yang dimaksud seperti kuranhnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi makanan instan dan cepat saji yang memgandung monosodium glutamat, serta faktor psikososial seperti stres akibat pekerjaan.

"Maka dari itu, penting untuk meningkatkan awareness masyarakat dengan melakukan deteksi dini atau mengukur tekanan darah sendiri di rumah, apalagi sekarang sudah ada alat pengukur tekanan darah yang lebih memudahkan masyarakat dalam mengukur, jadi seharusnya tidak ada hambatan, " kata Paska.

Selain itu, pencegahan juga bisa dilakukan dengan memperbanyak aktivitas fisik, mengurangi konsumsi garam, serta makanan cepat saji yang mengandung MSG.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya