Liputan6.com, Jakarta Riya merupakan salah satu sifat tercela yang sangat berbahaya bagi keimanan seorang muslim. Sifat ini dapat menghapuskan pahala amal ibadah yang dilakukan seseorang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami apa itu riya, contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana cara menghindarinya agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
Pengertian Riya dalam Islam
Secara bahasa, riya berasal dari kata bahasa Arab "ra'a" yang artinya melihat. Sedangkan secara istilah, riya didefinisikan sebagai perbuatan memperlihatkan amal kebaikan kepada orang lain dengan tujuan mendapatkan pujian, sanjungan, atau kedudukan di mata manusia.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa riya adalah sikap ingin dilihat orang lain dengan mengharapkan apresiasi yang sepadan atas amal ibadah yang dilakukan. Tujuan utama dari riya adalah untuk mencari kedudukan dan popularitas di mata manusia.
Dalam Islam, riya termasuk salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya. Bahkan Rasulullah SAW menyebutnya sebagai syirik kecil, sebagaimana dalam hadits:
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Riya." (HR. Ahmad)
Riya dapat membatalkan pahala amal ibadah seseorang. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian." (QS. Al-Baqarah: 264)
Advertisement
Jenis-jenis Riya
Riya dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan tingkatan. Berikut adalah beberapa jenis riya yang perlu kita waspadai:
1. Riya dalam Niat
Ini adalah jenis riya yang paling berbahaya karena terjadi di dalam hati. Seseorang melakukan ibadah atau amal kebaikan bukan karena mengharap ridha Allah, melainkan karena ingin dipuji atau dihormati oleh orang lain. Misalnya, seseorang bersedekah dengan nominal besar agar dianggap dermawan, atau rajin shalat berjamaah di masjid agar dipandang sebagai orang yang taat beragama.
2. Riya dalam Perbuatan
Riya jenis ini terjadi ketika seseorang melakukan suatu amal ibadah dengan cara yang berlebihan atau tidak wajar ketika ada orang lain yang melihat. Contohnya, memperlama waktu sujud atau ruku dalam shalat ketika ada orang lain di sekitarnya, atau mengeraskan suara ketika berzikir agar didengar orang lain.
3. Riya dalam Penampilan
Riya dalam penampilan terjadi ketika seseorang berpakaian atau berdandan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang saleh atau alim. Misalnya, sengaja memakai pakaian yang lusuh atau compang-camping agar dianggap zuhud, atau sebaliknya, memakai pakaian yang sangat mewah agar dianggap kaya dan terhormat.
4. Riya dalam Ucapan
Riya jenis ini terjadi ketika seseorang sengaja membicarakan amal ibadah atau kebaikan yang telah dilakukannya agar mendapat pujian dari orang lain. Contohnya, menceritakan jumlah sedekah yang telah diberikan, atau sengaja menyebut-nyebut lamanya waktu tahajud yang dilakukan.
5. Riya dalam Pergaulan
Riya dalam pergaulan terjadi ketika seseorang berusaha bergaul atau berteman dengan orang-orang tertentu hanya untuk mendapatkan status sosial atau pengakuan. Misalnya, seseorang yang selalu berusaha dekat dengan tokoh agama atau pejabat hanya agar dianggap sebagai orang penting.
Contoh Riya dalam Kehidupan Sehari-hari
Untuk lebih memahami bagaimana riya dapat terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, berikut adalah beberapa contoh konkret:
1. Riya dalam Ibadah
- Sengaja memperlama waktu shalat ketika ada orang lain yang melihat
- Mengeraskan suara ketika membaca Al-Quran di tempat umum
- Berpuasa sunnah dan memberitahu orang lain tentang hal tersebut
- Melakukan umrah atau haji dan memamerkannya di media sosial
2. Riya dalam Sedekah
- Menyumbang dengan jumlah besar agar namanya tercantum sebagai donatur utama
- Memposting foto saat memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan
- Menceritakan jumlah sedekah yang telah diberikan kepada orang lain
- Memberikan sumbangan hanya ketika ada liputan media
3. Riya dalam Penampilan
- Memakai pakaian yang sangat sederhana agar dianggap zuhud
- Mengenakan perhiasan atau aksesoris yang berlebihan untuk pamer kekayaan
- Sengaja memanjangkan jenggot atau memakai celana cingkrang agar terlihat alim
- Memakai cadar atau gamis panjang hanya ketika di lingkungan tertentu
4. Riya dalam Pergaulan
- Selalu berusaha dekat dengan tokoh agama atau pejabat untuk mendapat pengakuan
- Menceritakan prestasi atau pencapaian diri sendiri dalam setiap kesempatan
- Sengaja menunjukkan kedekatan dengan orang-orang terkenal di media sosial
- Menggunakan bahasa atau istilah agama yang berlebihan dalam percakapan sehari-hari
5. Riya dalam Pekerjaan
- Bekerja dengan giat hanya ketika ada atasan yang mengawasi
- Sengaja lembur atau datang paling awal ke kantor agar dianggap rajin
- Memamerkan pencapaian atau prestasi kerja di hadapan rekan-rekan
- Mengklaim ide atau hasil kerja orang lain sebagai milik sendiri
Advertisement
Bahaya Riya dalam Perspektif Islam
Riya bukanlah perkara sepele dalam Islam. Sifat ini memiliki dampak yang sangat serius bagi kehidupan seorang muslim, baik di dunia maupun di akhirat. Berikut adalah beberapa bahaya riya yang perlu kita waspadai:
1. Menghapuskan Pahala Amal
Bahaya terbesar dari riya adalah dapat menghapuskan pahala amal ibadah yang dilakukan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian." (QS. Al-Baqarah: 264)
Ayat ini menjelaskan bahwa sedekah yang dilakukan dengan riya tidak akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT. Bahkan, orang yang melakukannya disamakan dengan orang yang tidak beriman.
2. Termasuk Syirik Kecil
Rasulullah SAW menyebut riya sebagai syirik kecil. Ini menunjukkan betapa berbahayanya sifat ini bagi keimanan seorang muslim. Syirik, baik besar maupun kecil, adalah dosa yang paling dibenci oleh Allah SWT.
3. Merusak Keikhlasan
Riya dapat merusak keikhlasan seseorang dalam beribadah. Padahal, keikhlasan adalah syarat diterimanya amal ibadah di sisi Allah SWT. Tanpa keikhlasan, ibadah yang dilakukan hanya akan menjadi sia-sia.
4. Menimbulkan Sifat Sombong
Orang yang sering melakukan riya cenderung akan menjadi sombong. Ia akan merasa lebih baik dari orang lain karena amal ibadah yang dilakukannya. Padahal, kesombongan adalah sifat yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
5. Menghalangi Hidayah
Riya dapat menghalangi seseorang dari mendapatkan hidayah Allah SWT. Hati yang dipenuhi dengan riya akan sulit menerima kebenaran dan petunjuk dari Allah SWT.
Cara Menghindari Riya
Mengingat bahayanya riya bagi kehidupan seorang muslim, penting bagi kita untuk berusaha menghindari sifat tercela ini. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menghindari riya:
1. Memperbaiki Niat
Langkah pertama dan paling penting dalam menghindari riya adalah dengan memperbaiki niat. Sebelum melakukan suatu amal ibadah, kita harus memastikan bahwa niat kita murni karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau dihormati oleh manusia. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Menyembunyikan Amal Kebaikan
Salah satu cara efektif untuk menghindari riya adalah dengan menyembunyikan amal kebaikan yang kita lakukan. Tidak semua ibadah perlu diketahui oleh orang lain. Semakin tersembunyi suatu amal, semakin besar kemungkinan kita melakukannya dengan ikhlas.
3. Menyadari Kehadiran Allah SWT
Kita perlu selalu menyadari bahwa Allah SWT Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala perbuatan kita. Kesadaran ini akan membantu kita untuk lebih fokus pada ridha Allah SWT daripada pujian manusia.
4. Introspeksi Diri
Lakukan introspeksi diri secara rutin untuk mengevaluasi niat dan tujuan dari setiap amal ibadah yang kita lakukan. Jika kita menemukan unsur riya dalam perbuatan kita, segera perbaiki dan mohon ampun kepada Allah SWT.
5. Mempelajari Ilmu Agama
Memperdalam pemahaman tentang ilmu agama, khususnya tentang keikhlasan dan bahaya riya, akan membantu kita untuk lebih waspada terhadap godaan riya dalam kehidupan sehari-hari.
6. Berdoa Memohon Perlindungan
Jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah SWT agar dilindungi dari sifat riya. Rasulullah SAW mengajarkan doa berikut:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad)
7. Bergaul dengan Orang-orang Saleh
Bergaul dengan orang-orang yang saleh dan ikhlas dalam beribadah dapat membantu kita untuk menjaga keikhlasan dan menghindari riya. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh positif bagi perilaku kita.
Advertisement
Perbedaan Riya dan Ikhlas
Untuk lebih memahami konsep riya, penting bagi kita untuk mengetahui perbedaannya dengan ikhlas. Ikhlas adalah lawan dari riya, dan merupakan sifat yang sangat dianjurkan dalam Islam. Berikut adalah beberapa perbedaan antara riya dan ikhlas:
1. Tujuan Perbuatan
- Riya: Bertujuan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia
- Ikhlas: Bertujuan semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT
2. Fokus Perhatian
- Riya: Fokus pada pandangan dan penilaian manusia
- Ikhlas: Fokus pada keridhaan Allah SWT
3. Konsistensi Perbuatan
- Riya: Cenderung tidak konsisten, berbeda ketika sendiri dan di hadapan orang lain
- Ikhlas: Konsisten dalam beramal, baik ketika sendiri maupun di hadapan orang lain
4. Dampak pada Hati
- Riya: Menimbulkan kegelisahan dan ketidaktenangan hati
- Ikhlas: Membawa ketenangan dan kepuasan batin
5. Nilai di Sisi Allah
- Riya: Amal tidak diterima dan bisa menghapuskan pahala
- Ikhlas: Amal diterima dan mendapatkan pahala dari Allah SWT
Faktor-faktor Penyebab Riya
Untuk dapat menghindari riya dengan lebih efektif, kita perlu memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan munculnya sifat ini. Berikut adalah beberapa penyebab utama timbulnya riya:
1. Lemahnya Iman
Iman yang lemah membuat seseorang lebih mementingkan penilaian manusia daripada penilaian Allah SWT. Ketika iman seseorang kuat, ia akan lebih fokus pada ridha Allah daripada pujian manusia.
2. Cinta Dunia yang Berlebihan
Kecintaan yang berlebihan terhadap dunia, seperti harta, kedudukan, atau popularitas, dapat mendorong seseorang untuk melakukan riya demi mendapatkan apa yang diinginkannya.
3. Kurangnya Pengetahuan Agama
Pemahaman yang kurang tentang hakikat ibadah dan bahaya riya dapat membuat seseorang tidak menyadari bahwa perbuatannya termasuk riya.
4. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan yang materialistis dan suka pamer dapat mempengaruhi seseorang untuk ikut-ikutan melakukan riya agar diterima dalam kelompok sosialnya.
5. Ketakutan akan Penilaian Orang Lain
Rasa takut dinilai buruk oleh orang lain dapat mendorong seseorang untuk melakukan riya demi menjaga citra dirinya di mata masyarakat.
Advertisement
Kisah-kisah Teladan tentang Menghindari Riya
Dalam sejarah Islam, kita dapat menemukan banyak kisah teladan tentang bagaimana para ulama dan orang-orang saleh berusaha keras untuk menghindari riya. Berikut adalah beberapa contoh kisah yang dapat menjadi pelajaran bagi kita:
1. Kisah Imam Ahmad bin Hanbal
Suatu hari, Imam Ahmad bin Hanbal sedang berjalan di pasar ketika seseorang mengenalinya dan mulai memuji-mujinya dengan suara keras. Mendengar hal itu, Imam Ahmad segera berlari dan bersembunyi di salah satu gang sempit. Ketika ditanya mengapa ia melakukan hal tersebut, Imam Ahmad menjawab, "Aku takut hatiku terpengaruh oleh pujian itu dan menjadi riya."
2. Kisah Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dikenal sangat sederhana dan zuhud. Suatu malam, saat ia sedang membaca Al-Quran dengan cahaya lilin, datanglah seorang tamu. Umar segera mematikan lilin tersebut dan menyalakan lilin lain. Ketika ditanya alasannya, Umar menjawab, "Lilin yang tadi adalah milik negara untuk keperluan pemerintahan. Sedangkan sekarang aku sedang menerima tamu pribadi, maka aku harus menggunakan lilin milikku sendiri." Ini menunjukkan bagaimana Umar sangat berhati-hati untuk tidak melakukan riya atau mengambil keuntungan dari jabatannya.
3. Kisah Sufyan ats-Tsauri
Imam Sufyan ats-Tsauri pernah berkata, "Aku lebih suka jika orang-orang menganggapku sebagai orang fasik daripada mereka menganggapku sebagai orang yang saleh." Perkataan ini menunjukkan bagaimana Sufyan ats-Tsauri sangat berhati-hati terhadap riya dan lebih memilih untuk menyembunyikan amal kebaikannya.
Pertanyaan Umum Seputar Riya
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering muncul seputar riya beserta jawabannya:
1. Apakah semua bentuk pamer termasuk riya?
Tidak semua bentuk pamer termasuk riya. Riya terjadi ketika seseorang melakukan amal ibadah atau kebaikan dengan tujuan mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia. Jika seseorang memamerkan sesuatu yang bukan berkaitan dengan ibadah atau amal saleh, maka itu tidak termasuk riya dalam konteks agama, meskipun tetap tidak dianjurkan.
2. Bagaimana jika kita tidak sengaja melakukan riya?
Jika riya muncul tanpa disengaja, misalnya tiba-tiba terbesit keinginan untuk dipuji saat sedang beribadah, maka hal tersebut tidak membatalkan amal ibadah selama kita segera menyadarinya dan kembali meluruskan niat. Yang penting adalah kita berusaha untuk menolak pikiran riya tersebut dan kembali fokus pada niat ikhlas karena Allah SWT.
3. Apakah boleh memberitahu orang lain tentang amal kebaikan yang kita lakukan?
Pada dasarnya, lebih baik untuk menyembunyikan amal kebaikan yang kita lakukan. Namun, dalam beberapa situasi, memberitahu orang lain tentang amal kebaikan bisa diperbolehkan, misalnya jika bertujuan untuk memberikan motivasi atau contoh kepada orang lain. Yang terpenting adalah niat kita dalam melakukannya, bukan untuk mencari pujian, melainkan untuk kebaikan bersama.
4. Bagaimana cara membedakan antara riya dan motivasi positif?
Perbedaan utama antara riya dan motivasi positif terletak pada niat dan tujuan. Jika tujuan utama kita adalah mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia, maka itu termasuk riya. Namun, jika tujuan kita adalah untuk memotivasi diri sendiri atau orang lain dalam kebaikan, dengan tetap mengharap ridha Allah SWT, maka itu termasuk motivasi positif yang diperbolehkan.
5. Apakah riya hanya terjadi dalam ibadah ritual saja?
Tidak, riya bisa terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya dalam ibadah ritual. Riya bisa muncul dalam pekerjaan, pergaulan sosial, penampilan, bahkan dalam hal-hal yang tampaknya sepele. Yang penting adalah kita selalu menjaga niat dan tujuan dalam setiap perbuatan kita agar tetap ikhlas karena Allah SWT.
Advertisement
Kesimpulan
Riya merupakan sifat tercela yang sangat berbahaya bagi keimanan seorang muslim. Sifat ini dapat menghapuskan pahala amal ibadah dan menjauhkan seseorang dari ridha Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu waspada dan berusaha menghindari riya dalam setiap aspek kehidupan.
Untuk menghindari riya, kita perlu senantiasa memperbaiki niat, menyembunyikan amal kebaikan, menyadari kehadiran Allah SWT, melakukan introspeksi diri, memperdalam ilmu agama, berdoa memohon perlindungan, dan bergaul dengan orang-orang saleh. Dengan upaya-upaya tersebut, insya Allah kita dapat menjaga keikhlasan dalam beribadah dan mendapatkan ridha Allah SWT.
Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat membantu kita untuk lebih memahami tentang riya serta cara menghindarinya. Mari kita bersama-sama berusaha untuk selalu ikhlas dalam setiap amal ibadah dan perbuatan baik yang kita lakukan, semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah SWT.
