Pria Ini Sebarkan Radioaktif Bekas Obat Kanker saat Dikremasi

Dilaporkan, obat kanker yang disuntikkan dokter mengandung radioaktif yang bisa menyebar saat dirinya dikremasi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Mar 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2019, 19:00 WIB
Suntikan dan obat (iStock)
Ilustrasi obat kanker (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria yang meninggal tiba-tiba menyebarkan partikel radioaktif ketika jenazahnya dikremasi. Ternyata, hal tersebut diakibatkan oleh obat yang dia terima semasa hidupnya.

Diketahui, pria 69 tahun itu mendapatkan suntikkan dari dokter untuk mengecilkan tumor yang tumbuh di tubuhnya. Obat yang diberikan mengandung radioaktif. Sayangnya, pria asal Arizona, Amerika Serikat itu tidak sembuh dan meninggal dunia beberapa hari kemudian.

Melansir Live Science, lima hari berikutnya, pria itu dikremasi tanpa memberitahukan dokter yang merawat lelaki tersebut. Hal itu membuat partikel radioaktif tiba-tiba menyebar ke seluruh krematorium.

Dalam makalah singkat yang terbit pada 26 Februari di JAMA, para peneliti mengungkapkan hasil penyelidikan terhadap krematorium dan para pekerja yang terkait dengan sisa-sisa radioaktif tersebut. Mereka menemukan adanya radiasi yang tersisa pada peralatan krematorium, termasuk oven pembakar mayat, filter vakum, dan penghancur tulang.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Umum terjadi

Kanker Bisa Disebabkan dan Disembuhkan oleh Gaya Hidup Anda
Pria ini menyebarkan radioaktif saat dia dikremasi gara-gara perawatan kanker yang dia terima (iStockphoto)

Para pekerja krematorium juga diambil sampel urinnya. Jejak kecil radioaktif ditemukan dalam tubuh mereka. Para peneliti menyatakan jumlah tersebut mungkin tidak berbahaya. Namun, seberapa sering mereka membakar jenazah yang terpapar radioaktif, serta seberapa sering terkena hal itu belumlah terjawab. Hal ini dikarenakan, paparan semacam ini ternyata cukup sering terjadi.

"Mereka hanya menangkap kasus yang satu ini, karena biasanya tidak terlihat," kata ilmuwan nuklir di Worcester Polytechnic Institute, Massachusetts, Marco Kaltofen yang tidak terlibat dalam penelitian itu.

Untungnya, unsur radioaktif dalam obat tersebut yaitu lutetium 177, memiliki jangka waktu aktif yang pendek. Sehingga, dampak berbahaya yang mungkin ditimbulkan tidak akan menyebar atau berlangsung lama.

Mengutip Buzzfeed News, pria tersebut dirawat tahun lalu di Mayo Clinic Arizona. Dia menderita kanker dan harus melalui prosedur rawat jalan umum serta mendapatkan pengobatan berupa injeksi senyawa radioaktif. Obat itu masuk ke pembuluh darah.

Pria itu merasa tidak enak badan dan meninggal keesokan harinya ketika dia masuk rumah sakit. Namun, tempat pembakaran mayat yang menangani jenazah pria itu tidak diberitahukan tentang perawatan yang diterima orang itu. Mengetahui hal ini, Mayo Clinic segera bertindak cepat. Termasuk bekerjasama dengan organisasi kontrol radiasi setempat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya