Liputan6.com, Jakarta Seorang siswi sekolah menengah di Davis, California, Amerika Serikat menjadikan abu jenazah kakeknya sebagai bahan untuk membuat biskuit. Tak cuma itu, ia juga membagikan biskuit itu ke teman-teman di sekolahnya dan menyantapnya.
Dilaporkan Los Angeles Times, pada 4 Oktober lalu, beberapa 'korban' yang memakan biskuit tersebut sudah tahu tentang kandungan abu jenazah tersebut, sebelum mereka mengonsumsinya lagi. Namun, apa tidak bikin sakit?
Baca Juga
Menurut ahli mikrobiologi Rolf Halden, mengonsumsi abu jenazah dalam bentuk biskuit mungkin tidak akan membuat para remaja itu sakit. Pada saat manusia dikremasi, akan menghasilkan abu yang kaya karbon yang tidak menimbulkan banyak masalah kesehatan seperti dilansir Live Science pada Senin (22/10/2018).Â
Advertisement
Sehingga, abu ini jika masuk tubuh manusia tidak beracun dan kecil kemungkinan menimbulkan penyakit.
"Kremasi yang tepat akan menghapus semua sifat menular dari sisa-sisa, sehingga memungkinkan seseorang untuk membawa abu ke rumah dan menyimpannya di ruangan," ujar pria yang juga Direktur Pusat Teknik Kesehatan Lingkungan di Arizona State University's Biodesign Institute itu.
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Bahaya masih mengancam
Walau begitu, bukan berarti tidak ada potensi bahaya yang mengintai. Halden mengatakan, logam berat bisa yang ditemukan bisa saja menjadi masalah.
"Satu masalah potensial yang layak dipertimbangkan adalah logam berat, seperti yang bisa ditemukan terutama di tambalan gigi," katanya. Namun, hal tersebut menurutnya bisa saja tidak menimbulkan apapun. Ini karena material semacam itu bisa terbuang dari abu setelah kremasi.
Yang pasti, daripada mencari masalah, tentu saja yang terbaik adalah tidak mencoba-coba melakukan eksperimen semacam itu.
Seorang remaja yang memakan kue abu jenazah tersebut mengatakan pada Los Angeles Times, bahwa abu tersebut seperti "noda kelabu kecil" dan memiliki tekstur pasir yang berderak di antara gigi.
Advertisement