Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru berhasil mengungkap berbagai ancaman penyakit akibat polusi udara. Polutan yang dihasilkan dari polusi udara dapat merusak setiap organ dalam tubuh manusia.
Polutan tinggi berpengaruh pada setiap organ dalam tubuh. Para peneliti Forum of International Respiratory Societies mengungkap, penyakit-penyakit yang dipengaruhi polusi udara yang dapat memperburuk dan merusak organ tubuh.
Advertisement
Baca Juga
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sembilan dari 10 orang di dunia menghirup udara yang mengandung polutan tingkat tinggi. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Chest pada Februari 2019. Berikut penyakit akibat polusi udara bagian dua seperti mengutip dari jurnal tersebut.
8. Penyakit Mata
Peneliti Dean E Schraufnagel dan John R Balmes serta rekan-rekannya menuliskan, iritasi mata dapat terjadi sebagai reaksi terhadap kabut. Kondisi ini seringkali lebih buruk bagi pemakai lensa kontak.
Katarak pada wanita yang terpapar polusi udara rumah tangga di negara-negara berpenghasilan rendah termasuk tinggi. Ini dipicu penurunan kelembaban terkait penyakit mata kering, dikutip dari jurnal Chest, Rabu (22/5/2019).
Simak video menarik berikut ini:
Penyakit Gastrointestinal
9. Penyakit Gastrointestinal
Meskipun kurang diselidiki, polusi udara dikaitkan dengan beberapa kondisi gastrointestinal (radang saluran cerna), termasuk inflamasi bowel disease (radang usus), tukak lambung, dan radang usus buntu.
Studi kasus paparan polusi kronis di Inggris menemukan, oang yang lebih muda berisiko kena penyakit Crohn jika mereka tinggal di daerah dengan tingkat polutan tinggi.
10. Penyakit Hematologis
Sejak tahun 1970-an, polusi udara yang mengandung timah dari bensin menyebabkan anemia. Polutan lain yang dilepaskan saat pembakaran bahan bakar juga dapat memicu penyakit hematologi (penyakit darah). Polutan dapat merusak sel-sel darah.
Advertisement
Penyakit Saluran Pernapasan
11. Penyakit Saluran Pernapasan
Saluran pernapasan adalah organ utama yang dapat dipengaruhi polusi udara. Polusi udara menjadi penyebab kematian lebih dari 800.000 orang (penyakit paru obstruktif kronis/COPD) dan 280.000 orang kena kanker paru-paru.
Sebagian besar pasien dengan penyakit pernapasan kronis yang parah mengalami sesak napas. Ini dipengaruhi polusi udara. Polutan udara ikut memengaruhi seluruh bagian sistem pernapasan.
Polutan yang menyasar anak dikaitkan dengan mengi dan asma. Laju pertumbuhan fungsi paru-paru juga bisa berkurang akibat paparan polutan 89,90.
Pada orang dewasa, paparan jangka panjang terhadap polusi udara berisiko menurunkan fungsi paru-paru, yang dipercepat dengan penuaan. Anak-anak juga berisiko asma.
Selain asma, polusi udara dikaitkan dengan risiko kanker paru-paru dan radang tenggorokan kronis. Polusi udara rumah tangga mungkin lebih berbahaya daripada polusi udara luar karena konsentrasi dan lamanya paparan.
Kondisi ini merupakan faktor risiko utama COPD dan bronkitis kronis di negara-negara berpenghasilan rendah
12. Penyakit Hati
Studi Taiwan terhadap 23.820 orang menemukan paparan polusi udara PM2.5 berhubungan dengan peningkatan risiko hepatoseluler (tumor ganas hati). Peneliti juga mencatat peningkatan kadar aminotransferase (enzim di hati) menunjukkan, tumor dapat terjadi akibat peradangan kronis.
Penyakit Ginjal
13. Penyakit Ginjal
Ginjal termasuk organ yang entan terhadap gangguan pembuluh darah besar dan kecil. Tak ayal, efek inflamasi sistemik dari paparan polusi udara bisa menyasar ginjal.
Penelitian menunjukkan, menghirup uap asap diesel kian memperburuk gagal ginjal kronis. Hal ini meningkatkan peradangan dan kerusakan DNA. Ada juga hubungan penurunan fungsi ginjal dengan pencemaran polusi PM.84.
14. Penyakit Kulit
Kualitas kulit juga dipengaruhi polusi udara, seperti perubahan tingkat dan komposisi kulit. Beberapa penyakit kulit telah dikaitkan dengan polusi udara.
Sebuah penelitian menemukan, polusi udara berhubungan dengan penyakit kulit atopik danurtikaria (eksim atopik) dan sebore (frekuensi ketombe yang lebih rendah) .Urticaria (biduran) juga terkait dengan polusi udara.
Biduran dapat terjadi saat seseorang kena paparan lebih buruk selama 2 hingga 3 hari. Sejumlah penelitian menemukan, hubungan positif antara polusi udara dan prevalensi serta peningkatan eksim, terutama pada anak-anak.
Paparan polusi udara luar dan dalam ruangan terkait dengan peningkatan penuaan kulit.
Advertisement