Liputan6.com, Jakarta Pubertas kedua seringkali menjadi bahan obrolan di kalangan orang dewasa, terutama di usia 40-an tahun. Obrolan seperti merasa lebih muda maupun hasrat jatuh cinta yang bergemuruh pada pasangan layaknya anak muda.
Dari segi medis, apakah ada pubertas kedua? Dokter spesialis anak Aditya Suryansyah yang fokus membahas pubertas menjawabnya.
Advertisement
Baca Juga
"Itu hanya pembicaraan ringan saja. Tidak ada namanya pubertas kedua pada orangtua (orang dewasa). Seiring usia, hormon estrogen maupun testosteron menurun. Ya, ada kalanya merasa seperti penampilan anak muda. Perasaan saja itu," ujar Aditya dalam Live Streaming Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, ditulis Rabu (3/7/2019).
Pubertas merupakana proses transisi anak menjadi dewasa yang ditandai perubahan fisik dan psikologis. Dalam proses ini terjadi pematanagan organ reproduksi. Pada umumnya, anak perempuan mulai pubertas usia 8-13 tahun, sedangkan anak laki-laki pada usia 9-14 tahun.
"Tanda awal pubertas pada anak perempuan berupa payudara membesar. Kalau anak laki-laki buah zakarnya membesar. Percepatan pertumbuhan tinggi badan juga terjadi. Biasanya anak perempuan langsung cepat tingginya dibanding anak laki-laki. Jadi, kelihatan lebih bongsor," lanjut Aditya, yang berpraktik di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Kondisi Tubuh Seiring Usia
Konsultan ginekolog Anna Targonskaya menerangkan, istilah pubertas kedua berupa perubahan kondisi tubuh sesuai usia. Jadi, pubertas kedua adalah nyata terjadi.
"Tubuh Anda mengalami perubahan besar selama usia 40-an dan awal 50-an tahun. Anda akan mulai menopause. Seiring bertambahnya usia, Anda mungkin juga mengalami penambahan berat badan dan nyeri sendi dan otot. Semua itu merupakan tanda-tanda pubertas kedua di usia 40-an," jelasnya, dilansir dari Flo.
Pada usia 40-an, Anda akan mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Ini terjadi ketika Anda mendekati menopause.
Kadar estrogen yang berkurang menurunkan jumlah kalsium dalam tulang sehingga rentan osteoporosis.
"Dorongan seks juga lebih rendah: Kadar hormon Anda mulai menurun. Penurunan gairah seks dan kekeringan pada vagina juga terjadi," Anna melanjutkan.
Advertisement