Liputan6.com, Jakarta Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat memiliki jejak gemilang di dunia otomotif dan alat berat. Kerja keras pria 75 tahun, membuat namanya dan keluarga masuk jajaran orang kaya di Indonesia peringkat 9 versi Forbes pada 2019.
Teddy, begitu ia karib disapa, mengawali karier pada 1968 sebagai salesman alat berat di Astra. Kariernya moncer, jabatan Teddy naik terus hingga menjadi Direktur Utama di perusahaan tersebut.
Baca Juga
Pada 1998, secara mengejutkan ia keluar dari Grup Astra. Bukan untuk pensiun melainkan membangun bisnis dengan bendera Triputra Grup. Perusahaan ini bergerak di sektor agrikultur, manufaktur, perdagangan, pertambangan, hingga dana pensiun. (Baca: Kunci Sukses Mantan Bos Astra Bangun Kerajaan Bisnis)
Advertisement
Baru-baru ini, tepatnya Rabu, 3 Juli 2019, lulusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) diganjar penghargaan dari tempatnya menimba ilmu itu. ITB menganugerahkan gelar Doktor Kehormatan kepada Teddy karena dianggap berperan besar membangun industri manufaktur Indonesia.
Berikut beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik dalam dalam pidato Teddy saat menerima anugerah tersebut seperti dikutip dari rilis yang diterima Liputan6.com:
- Jaga reputasi
Salah satu pelajaran yang ia ingat dari orangtuanya yang juga pengusaha adalah mengenai menjaga reputasi.
"Saya mencatat berbagai perilaku orangtua sebagai pebisnis, khsusunya dalam hal menjaga reputasi. Orangtua saya selalu mengingatkan bahwa kami, anak-anaknya harus habis-habisan menjaga reputasi, walaupun itu berisiko pada kurangnya income bagi keluarga di saat-saat susah."
- Tak lupa pesan para pengajar
Sistem pendidikan yang didapatan selama ia belajar di ITB membantu Teddy melihat sesuatu secara logis dan sistematis.
"Mereka mengajar dan melatih saya untuk menjadi pribadi yang selalu haus akan ilmu pengetahuan dan berpikir logis serta sistematis. Mereka juga mengajarkan kepada saya untuk selalu mencari, memahami, serta menghormati fakta maupun data, sebelum mengemukakan pendapat ataupun dalam mengambil keputusan."
- Pantang menyerah
Jiwa pantang menyerah Teddy salah satunya ketika ia berjuang mengulang mata kuliah Teknik Pengatur hingga 17 kali. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada para pendidiknya saat itu.
"Semua itu mengasah saya untuk tumbuh menjadi pribadi yang adaptif, tidak mudah menyerah, dan berkomitmen terhadap pilihan hidup saya," kata Teddy.
Advertisement
- Perbedaan bukan penghalang
Persahabatan Teddy dengan sahabat-sahabatnya saat di ITB mengajarkan banyak hal. Terutama bahwa perbedaan bukanlah penghalang. Salah satunya persahabatannya dengan Almarhun Benny Subianto.
Ada banyak perbedaan antara dia dan Benny, namun mereka berdua membangun United Tractors, Astra, Adaro, dan sektor agribisnis di Triputra Group.
"Dari situ muncul keyakinan saya, bahwa perbedaan sama sekali bukan penghalang untuk berteman, bekerja sama, dan membangun cita-cita bersama. Perbedaan justru bisa menjadi pengikat dan pemersatu. Perbedaan justru dapat membantu kita untuk menjadi orang yang lebih baik."
- Berbagi
Sukses menjadi pengusaha, ayah tiga anak ini pun berbagi kepada sesama. Baik dalam bidang pendidikan maupun kesehatan. Paling tidak ada 19 ribu mahasiswa yang sudah dibantu pendidikannya, 1,5 juta pasien sudah dilayani di klinik murah, dan 6.000 anak yatim piatu dibantu biaya hidupnya.
"Saya terpanggil untuk turun tangan, mengembalikan apa yang Tuhan berikan kepada saya bagi sesama yang membutuhkan"