Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 5 persen pelajar dari 910 pelajar SMAN dan SMKN Akreditasi A di Provinsi DKI Jakarta rupanya memiliki ide bunuh diri. Pelajar yang terdeteksi berisiko bunuh diri juga berpotensi 5,39 kali lipat lebih besar mempunyai ide bunuh diri dibandingkan pelajar yang tidak terdeteksi berisiko bunuh diri.
Temuan mengejutkan tersebut merupakan hasil penelitian dokter spesialis kedokteran jiwa Nova Riyanti Yusuf, yang dipresentasikan dalam sidang terbuka tesis kemarin, 11 Juli 2019.
Advertisement
Baca Juga
Seiring waktu, bunuh diri di kalangan remaja semakin marak terjadi. Bermula dari munculnya ide bunuh diri, yang berlanjut ide itu terlaksana.
"Dari hasil penelitian terdahulu, tahun 2015-2016, saya bersama Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2MKJN) Kementerian Kesehatan, ditemukan dari 1.014 sampel, 19 persen (pelajar) memiliki ide bunuh diri, tapi tidak melakukan," papar dokter yang akrab disapa Noriyu ini sebagaimana keterangan rilis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Jumat (12/7/2019).
Sementara itu, hanya 1 persen pelajar yang serius ingin melakukan bunuh diri. Noriyu melakukan penelitian terbaru dengan mendata umur, sekolah, gender, pendidikan ayah, pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status cerai orangtua, etnis, keberadaan ayah, keberadaan ibu, kepercayaan agama, depresi, dan stresor.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Pola Pikir Abstrak
Faktor risiko pelajar di Jakarta yang punya ide bunuh diri dilatarbelakangi pola pikir yang abstrak. Pola pikir abstrak ini dapat menimbukan sifat agresif dan impulsif.
“Dalam penelitian ini ditemukan beberapa faktor risiko, yaitu pola pikir abstrak yang menimbulkan perilaku risk-taker, transmisi genetik yang dapat menimbukan sifat agresif dan impulsif, memiliki riwayat gangguan jiwa lain, lingkungan sosial yang tidak mendukung, dan penyalahgunaan akses internet yang merupakan beberapa alasan remaja memiliki ide bunuh diri,” jelas wanita yang pernah menjadi anggota DPR periode 2009-2014 sekaligus mensukseskan terbitnya UU Kesehatan Jiwa ini.
Dai penelitian Noriyu berjudul ‘Deteksi Dini Faktor Risiko Ide Bunuh Diri Remaja di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/ Sederajat di DKI Jakarta' , pola pikir yang abstrak pun memicu pelajar menerapkan pola hidup yang tidak sehat. Misal, konsumsi alkohol dan penggunaan narkoba.
Penelitian bunuh diri pada pelajar juga pernah ada di tahun 2015. Pada waktu, penelitian dilakukan Global School-Based Student Health Survey (GSHS) oleh Kementerian Kesehatan dengan jumlah responden 10.837 pelajar SMP dan SMA, yang dikategorikan sebagai umur remaja.
Hasil penelitian memaparkan, 5,2 persen pelajar memiliki ide bunuh diri; 5,5 perssen sudah berencana bunuh diri, dan 3,9 persen sudah melakukan percobaan bunuh diri.
Advertisement