Intip Proses Hujan Buatan agar Kebakaran Hutan Riau Tak Meluas

Proses turunkan hujan buatan demi mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Riau tak makin meluas.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Sep 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2019, 16:00 WIB
Kebakaran Hutan
Pesawat yang digunakan untuk modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan agar kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau tidak makin meluas. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Pekanbaru Untuk antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Riau tidak makin meluas, teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau yang dikenal dengan hujan buatan juga diterapkan.

Sebanyak tiga pesawat untuk memodifikasi cuaca sudah tersedia, yakni pesawat Cassa 212-200, pesawat CN 295, dan pesawat Hercules.

"Pesawat Cassa dengan kapasitas 1 ton (bahan semai yang digunakan proses hujan buatan) sudah beroperasi di Riau sejak 26 Februari 2019. Ada juga satu pesawat CN 295 dengan kapasitas 2.4 ton yang sudah berada di Pekanbaru. Satu lagi itu pesawat Hercules dengan kapasitas 5 ton yang direncanakan datang di Pekanbaru pada Senin (16/9/2019)," papar Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Senin (16/9/2019).

Untuk melakukan proses hujan buatan perlu ada beberapa hal yang dipertimbangkan. Pertama, operasi modifikasi cuaca sangat tergantung dengan keberadaan awan potensial hujan.

Kedua, seluruh pesawat untuk melakukan proses hujan buatan dalam kondisi siaga . Jika ada potensi awan yang menurunkan hujan dari laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), maka pesawat akan segera terbang untuk menyemai awan agar menjadi hujan.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Pertumbuhan Awan Hujan

Kebakaran Hutan
Bahan semai yang dibawa pesawat untuk modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan agar kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau tidak makin meluas. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Menurut Agus, BMKG sudah memperkirakan, pertumbuhan awan berasal dari wilayah utara, yakni sebagian wilayah Aceh dan Sumatera Utara yang mulai hujan.

Pada Minggu (15/9/2019), ada juga potensi awan sedang di wilayah Riau.

"Tim masih menunggu sampai pertumbuhan awan potensial hujan cukup banyak, yang baru kemudian dilakukan operasi modifikasi cuaca," lanjutnya.

Taburan Garam pada Awan

Kebakaran Hutan
Bahan semai yang dibawa pesawat untuk modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan agar kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau tidak makin meluas. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Di sisi lain, pesawat CN 295 termasuk pesawat terbang transpor militer taktis yang dilengkapi dua mesin turboprop dan diawaki dua personil. Pesawat ini dimanfaatkan mengangkut pasukan, evakuasi medis atau angkutan barang.

Untuk keperluan proses hujan buatan, pesawat CN 295 diatur mampu mengangkut bahan semai dengan kapasitas 2,4 ton.

Bagian perut pesawat dimodifikasi berupa dipasang rel untuk mengangkut 8x300 kg bahan semai dengan pipa untuk menabur bahan semai secara semi otomatis.

"Saat pesawat sampai di awan yang potensial hujan, maka petugas membuka kran yang berisi garam. Awan itu ditaburi garam. Bahan semai garam (NaCl) ini akan mengikat butiran-butiran air dalam awan, kemudian menggumpal menjadi berat dan akhirnya jatuh menjadi hujan," Agus menerangkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya