Liputan6.com, Jakarta Microsoft Jepang, perusahaan multinasional asal AS yang bergerak di bidang produk dan jasa terkait komputer ini melakukan terobosan dengan mengujicobakan aturan akhir pekan tiga hari pada para karyawannya.
Peraturan tersebut diperkenalkan dengan nama Work-Life Choice Challenge Summer 2019 dan diberlakukan selama sebulan. Mereka memberlakukannya pada 2.300 karyawan pada Agustus lalu.
Baca Juga
Hasilnya, pemotongan hari kerja berdampak positif pada produktivitas para pekerja. Tak hanya 40 persen lebih produktif, aturan 3 hari akhir pekan itu juga membuat pertemuan-pertemuan lebih efisien.
Advertisement
Yang lebih menggiurkan, selain mendapat waktu libur lebih panjang, upah karyawan pun tidak dipotong. Begitu pula dengan jatah libur tahunan mereka.
Bahkan, kabarnya Microsoft Jepang juga berencana memberi subsidi para karyawannya untuk liburan keluarga atau pendidikan lanjutan hingga 100 ribu Yen atau setara Rp12,9 juta.
"Bekerja dalam waktu singkat, cukup istirahat dan banyak belajar. Penting untuk memiliki lingkungan yang memungkinkan kita untuk merasakan tujuan hidup serta membuat dampak yang lebih besar di pekerjaan," ujar presiden sekaligus CEO Microsoft Jepang Takuya Hirano.
"Saya ingin semua karyawan berpikir dan merasakan bagaimana mereka bisa meraih hasil yang sama dengan waktu kerja lebih singkat 20 persen," lanjutnya, melansir Mashable.
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Manfaat Positif Bagi Perusahaan
Mengutip laman SoraNews24, percobaan tiga hari libur kerja dalam seminggu yang diterapkan Microsoft Jepang menunjukkan peningkatan produktivitas hingga 39,9 persen. Pemangkasan hari kerja itu membuat para karyawan lebih ekonomis dan efisien dengan waktu kerja mereka.
Utamanya, waktu rapat jadi lebih singkat atau dilakukan dari jarak jauh sehingga dapat menghilangkan terbuangnya waktu menuju kantor.
Pengurangan hari kerja menjadi empat hari dalam seminggu itu tak hanya berdampak positif bagi karyawan, perusahaan pun bisa memangkas ongkos produksi mereka. Misalnya, biaya listrik dapat dikurangi hingga 23,1 persen. Lalu, penggunaan mesin cetak (printer) pun berkurang hingga 58,7 persen sehingga berdampak baik bagi lingkungan.
Advertisement
Pernah Dilakukan di New Zealand
Uji coba empat hari kerja itu sebelumnya pernah dilakukan di New Zealand selama delapan minggu pada awal 2018. Hasilnya, pengurangan hari kerja itu berdampak pada meningkatnya kerja tim serta keseriusan dalam bekerja dan mengurangi stres karyawan, mengutip laman Business Insider.
"Saya bersedia berargumen, bekerja empat hari seminggu adalah gagasan baik untuk menemukan aturan pas untuk menyeimbangkan antara bekerja dan kehidupan pribadi. Durasi itu juga bisa membuka potensi kebahagiaan bagi karyawan dalam hal pencapaian produktivitas," ujar Jan-Emmanuel De Neve, asosiat profesor bidang ekonomi dan strategi dari Said Business School, University of Oxford.
De Neve mengatakan, keseimbangan antara bekerja dan menjalani kehidupan pribadi yang memungkinkan orang melakukan hal-hal yang mereka sukai adalah prioritas utama bagi kepuasan hidup. De Neve meyakini, tiga hari libur dalam seminggu adalah salah satu cara untuk mencapainya.