Liputan6.com, Jakarta Merokok merupakan salah satu penyebab dari berbagai masalah kesehatan. Dan, baru-baru ini, sebuah studi mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut juga bisa menjadi salah satu faktor risiko masalah kejiwaan seperti depresi dan skizofrenia.
Dalam sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan di University of Bristol, Inggris, terungkap bahwa para perokok dan anak-anak mereka lebih berisiko terkena depresi dan skizofrenia.
Baca Juga
"Orang dengan masalah mental sering terabaikan dalam upaya kita untuk mengurangi prevalensi merokok, yang mengarah pada ketidaksetaraan kesehatan," kata penulis utama studi Robyn Wooton seperti dilansir dari New York Post pada Jumat (8/11/2019).
Advertisement
Wooton mengatakan, segala upaya untuk pencegahan inisasi merokok dan penghentian aktivitas tersebut haruslah dilakukan. Hal ini melihat konsekuensi kegiatan tersebut terhadap kesehatan fisik dan mental.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Merokok Selama Kehamilan
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Psychological Medicine, para peneliti mencoba menganalisis susunan genetik dari 462.690 orang keturunan Eropa dengan kemungkinan kelainan psikologis berdasarkan varian genetiknya. Kemudian, peneliti mencoba melihat siapa di antara orang-orang itu yang merupakan perokok.
Para peneliti menyatakan, meskipun pasien depresi dan skizofrenia kemungkinan akan memiliki kebiasaan merokok, hal tersebut juga bisa terjadi sebaliknya. Mereka yang sudah terbiasa mengisap rokok lebih rentan terkena masalah mental tersebut.
Walau begitu, ada beberapa sanggahan terhadap penelitian tersebut. Salah satunya adalah terkait penggunaan tembakau yang tidak mengubah otak dengan cara tersebut, meski memang, ada bukti bahwa kemungkinan merokok selama kehamilan bisa meningkatkan risiko skizofrenia pada anak.
"Yang mungkin kita lihat adalah bahwa ibu dari orang dengan skizofrenia, memiliki risiko genetik dari merokok selama kehamilan, sehingga dengan demikian, meningkatkan risiko skizofrenia pada anak-anak mereka," kata David Curtis, pensiunan konsultan psikiatri dan profesor kehormatan di University College London.
Sehingga, hal itu tentu saja meneruskan risiko genetik yang meningkat ke anak-anak yang timbul dari kebiasaan merokok.
Advertisement