Berwajah Asia, Dokter Ditolak Orangtua karena Takut Tularkan Virus Corona

Perlakuan diskriminatif juga diterima oleh seorang dokter berwajah Asia yang berada di Australia.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 28 Feb 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)

Liputan6.com, Jakarta Virus Corona tidak hanya menimbulkan penyakit secara fisik, tapi juga memunculkan sikap rasis, khususnya pada orang-orang Asia. Salah satu yang terbaru terjadi di Australia.

Di Royal Children's Hospital, Melbourne, Victoria, dikabarkan seorang dokter berwajah Asia diminta untuk menjauh dari anak-anak oleh orangtua mereka karena ketakutan akan virus Corona.

"Salah satu staf kami memberi tahu bahwa dia mendapatkan keluarga yang menolak untuk membiarkannya memberikan perawatan kepada anak mereka, berdasarkan rasnya, dan apa yang mereka nyatakan adalah soal kekhawatiran bahwa dia berisiko menyebarkan virus Corona kepada mereka dan anaknya," kata kepala perawatan darurat RCH, Stuart Lewena.

Dikutip dari ABC pada Jumat (28/2/2020), Lewena menambahkan bahwa ada staf yang menceritakan soal beberapa pasien yang menghindari orang-orang berwajah Asia di ruang tunggu. kejadian ini telah dilaporkan ke Departemen Kesehatan.

"Tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa ras yang dimiliki seseorang memiliki relevansi apa pun terkait dengan risiko kita terhadap virus Corona," kata Lewena.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Perilaku yang Tak Bisa Diterima

Perjuangan Raincoat Sister Melawan Virus Corona
Liu berada dalam mobilnya saat mengirimkan makanan untuk para petugas medis di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Rabu (26/2/2020). Sukarelawan perempuan berusia 24 tahun dari Provinsi Sichuan ini sengaja berkendara puluhan jam menuju pusat wabah virus corona COVID-19 di Wuhan. (Xinhua/Cheng Min)

Lewena mengungkapkan bahwa usai kejadian itu, dokter perempuan itu tetap melakukan perawatan pada pasien meski dibutuhkan bantuan dari beberapa staf senior.

"Pesan tersebut menyatakan bahwa kami memiliki kepercayaan penuh kepada anggota staf tersebut dan dia sebagai salah satu dokter harus tetap merawat anak itu," kata Lewena, seperti dikutip dari SBS. Dikabarkan, tenaga kesehatan itu sempat mengambil cuti singkat dan telah kembali bekerja.

Namun, kejadian tersebut bukan satu-satunya. Lewena menceritakan setidaknya ada tiga staf mengalami hal serupa.

"Kami ingin menggunakan ini sebagai kesempatan untuk menyatakan bahwa hal semacam itu tidak dapat diterima dalam perawatan kesehatan dan tentu saja tidak dapat diterima dalam masyarakat kita."

Dia menambahkan, meski ketakutan terhadap virus adalah wajar, namun situasi tersebut harus dihadapi dengan lebih masuk akal serta menghormati cara-cara yang tengah dilakukan.

Kejadian semacam ini juga telah sampai ke telinga otoritas kesehatan setempat. Menteri Kesehatan Victoria Jenny Mikakos menyatakan bahwa dia tahu setidaknya ada satu rumah sakit lain yang juga melaporkan kejadian serupa.

"Itu sangat memprihatinkan. Tidak ada tempat untuk perilaku ini di rumah sakit umum kita, tidak ada tempat untuk ini di komunitas yang lebih luas," kata Mikakos.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya