Sopir Bus Prancis Tewas Dianiaya Setelah Meminta Penumpang Pakai Masker

Seorang sopir bus di Perancis tewas lima hari setelah dipukuli saat berselisih tentang aturan mengenakan masker

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 12 Jul 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2020, 13:00 WIB
Ilustrasi bus.
Ilustrasi bus. (Dok. Jerry Zhang/Unsplash/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta Seorang sopir bus di Prancis tewas lima hari setelah dipukuli dengan kejam saat berselisih tentang aturan mengenakan masker, kata keluarganya pada Jumat (10/7/2020).

Philippe Monguillot (58) mengalami mati otak setelah menghadapi sekelompok penumpang yang tidak mematuhi aturan penggunaan masker di transportasi umum. Bahkan, para penumpang itu naik tanpa tiket sekitar pukul 7 malam pada Minggu (5/7/2020) di Bayonne, barat daya Prancis.

Penumpang-penumpang itu menyeretnya keluar dari bus hingga ke peron. Di peron tersebut Monguillot mendapat kekerasan fisik sebelum mereka melarikan diri.

Keluarga dan penyedia jasa perawatan memutuskan bahwa yang terbaik adalah melepasnya dari alat bantu rumah sakit.

"Kami memutuskan untuk membiarkannya pergi," ujar putri Monguillot, Jumat, dan menambahkan bahwa para dokter telah menyetujui keputusan itu.

Lima tersangka pria menghadapi dakwaan dalam serangan itu, meskipun nama mereka belum dirilis.

Dua pria berusia 22 dan 23 tahun, telah didakwa dengan percobaan pembunuhan, dua lainnya tidak memberikan bantuan kepada seseorang yang ada dalam bahaya dan yang lainnya berusaha menyembunyikan tersangka, BBC melaporkan.

Simak Video Berikut Ini:

Protes Besar-Besaran

Sekelompok pemuda itu menyerang Monguillot setelah dia meminta tiga dari mereka untuk mengenakan masker. Pemerintah Prancis telah membuat aturan penggunaan masker nasional yang diamanatkan untuk angkutan umum.

Walikota Bayonne mengutuk "tindakan biadab," yang memicu protes besar-besaran di kota tersebut. Kejadian ini memicu ribuan orang turun ke jalan untuk menaruh bunga di tempat kejadian perkara.

Tragedi ini juga berdampak pada layanan bus regional karena para pengemudi lain menolak untuk bekerja.

Ketika Monguillot sekarat, istrinya, Veronique, mengatakan kehidupan pasangan itu telah "dihancurkan" oleh tragedi itu. "Dia tidak bisa meninggalkan kita seperti ini," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya