Gara-Gara COVID-19, Sekolah dari Rumah Tak Selalu Menyenangkan Buat Anak

Belajar dari rumah di tengah pandemi COVID-19 tidak selalu menyenangkan buat anak

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 06 Sep 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2020, 10:00 WIB
Diperpanjang Sampai 20 Mei, Siswa Belajar Online di Rumah
Siswa sekolah dasar belajar online menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings di Pamulang Tangerang Selatan, Kamis (2/4/2020). Gelombang work from home (WFH) membuat kebutuhan terhadap aplikasi video conference meningkat saat pandemi Corona Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Demi mencegah penyebaran virus COVID-19 pemerintah mengeluarkan kebijakan agar anak sekolah dari rumah. Kebijakan ini ternyata membawa beberapa dampak bagi anak.

Psikolog Klinis sekaligus Pendiri Sadari Diri, Fadhilah Eryananda, menyebut empat dampak bagi si Kecil lantaran harus sekolah dari rumah.

Yang pertama, kata Fadhilah, sekolah dari rumah menyulitkan anak-anak untuk bertemu dengan teman-temannya.

“Anak dalam usia sekolah itu penting untuk bisa bersosialisasi dengan teman seusianya. Biasanya mereka mengidentifikasi diri dari teman-temannya,” ujar Fadhila dalam sebuah diskusi secara daring belum lama ini.

Menurut Fadhilah, bersosialisasi menjadi hal yang sangat penting bagi seorang anak. Jika si Kecil kesulitan bertemu teman-temannya maka akan menimbulkan dampak yang signifikan.

Serba Daring

Sekolah di rumah, lanjut Fadhilah, juga membuat anak lebih banyak menggunakan media belajar baru yang serba daring. Mau tak mau anak harus lebih terpapar internet dan gawai yang memaksanya untuk beradaptasi dengan cara yang cukup merepotkan.

Simak Video Berikut Ini:

Pola Interaksi Figur Otoritas

Sekolah dari rumah juga menimbulkan adanya pola interaksi dengan figur otoritas. “Biasanya mereka mengetahui bahwa guru adalah figur  otoritas di sekolah dan orangtua figur otoritas di rumah. Kalau sekarang tidak bisa begitu, orangtua jadi dua figur otoritas begitupun guru yang memberi tugas di luar jam sekolah yang menyebabkan figur otoritas tambahan.”

Kondisi ini akhirnya membuat mereka bingung dan tidak nyaman karena ada perubahan pola interaksi figur otoritas baik dengan guru maupun orangtua.

Perubahan Situasi Belajar

Sebelum pandemi, anak-anak biasanya belajar dengan duduk di kelas dan dapat berinteraksi dengan teman-temannya. Bahkan, di jam istirahat mereka dapat berlari-lari, jajan bersama, dan melakukan kegiatan menyenangkan lainnya.

“Sekarang dia ada di rumah untuk belajar, situasi sekolah dibawa ke rumah. Mereka gak bisa lagi belajar sambil sesekali berjalan ke meja temannya. Ini membuat mereka mengalami perubahan yang berdampak dan mungkin menimbulkan stres akibat sekolah dari rumah ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya