Liputan6.com, Jakarta Uji klinis tahap tiga dari kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Oxford University dan AstraZeneca dikabarkan tengah dihentikan sementara usai seorang sukarelawan jatuh sakit.
Para Rabu (9/9/2020) lalu, pihak pengembang menyatakan bahwa uji klinis vaksin COVID-19 yang juga dilakukan di beberapa negara ini dihentikan sesaat untuk menginvestigasi mengenai "penyakit yang berpotensi tidak terduga" yang terjadi pada seorang peserta.
Baca Juga
Namun, Pascal Soriot, Chief Executive dari AstraZeneca optimistis bahwa studi vaksin masih berada di jalur yang tepat meski ia belum tahu kapan uji klinis akan dilanjutkan.
Advertisement
"Saya masih berpikir kami berada di jalur yang tepat untuk memiliki satu set data yang akan kami serahkan sebelum akhir tahun (untuk persetujuan regulasi)," kata Soriot seperti dikutip dari The Guardian pada Jumat (11/9/2020).
Ia menambahkan, vaksin COVID-19 masih bisa didapatkan pada akhir tahun ini atau awal tahun depan, tergantung seberapa cepat kerja dari regulator.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Masih Lakukan Investigasi
Dikutip dari AP News, Matthew Kent, juru bicara AstraZeneca mengungkapkan bahwa seorang wanita yang menerima calon vaksin yang mereka kembangkan mengalami gejala neurologis parah sehingga membuat uji klinis ditunda.
Kent mengatakan bahwa partisipan ini melaporkan gejala yang konsisten dari myelitis transversal, peradangan langka pada sumsum tulang belakang. Namun, mereka belum bisa mengonfirmasi apakah ia benar-benar didiagnosis penyakit itu.
"Kami tidak tahu apakah itu benar (myelitis transversal). Lebih banyak tes sedang dilanjutkan saat ini sebagai bagian tindak lanjut."
Kent menambahkan, komite independen juga tengah meninjau data keamanan penelitian sebelum memutuskan apakah dan kapan penelitian bisa dilanjutkan.
Sebelumnya diketahui, vaksin yang mereka kembangkan sempat dihentikan studinya pada Juli lalu usai seorang peserta mengalami gejala neurologis. Namun rupanya, kasus multiple sclerosis yang mereka temukan memang tidak terdiagnosis dan tidak terkait dengan vaksin.
Sementara itu, Soumya Swaminathan, Chief Scientist World Health Organization mengatakan bahwa mereka tidak terlalu khawatir dengan jeda dalam uji coba vaksin Oxford dan AstraZeneca. Menurutnya, ini adalah "peringatan" kepada komunitas global terhadap pasang surut dalam penelitian medis yang memang tidak terhindarkan.
Advertisement