Liputan6.com, Jakarta - Keropos tulang atau osteoporosis adalah penyakit yang berkembang dan membunuh secara diam-diam (silent killer). Sebutan tersebut mengacu pada proses pengeroposan tulang yang tidak terasa dan baru terasa setelah parah.
“Osteoporosis itu silent killer, jadi diam-diam gak berasa. Tahu-tahu kita patah tulang, menjadi parah, dan akhirnya meninggal hanya karena osteoporosis dan kita tidak mengenali sejak awal,” ujar Pakar Gizi Medik FKUI-RSCM Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc dalam diskusi virtual, Kamis (22/10/2020).
Baca Juga
Ia menambahkan, proses osteoporosis berlangsung dalam jangka panjang sehingga terkadang penderitanya tidak menyadarinya sampai kerusakan benar-benar terjadi. Osteoporosis seringkali dikaitkan dengan orang-orang berusia lanjut, namun nyatanya bisa menyerang siapa saja, bahkan di usia muda sekalipun.
Advertisement
“Yang paling bagus tentunya kita harus secara rutin memeriksa kepadatan tulang kita karena setelah usia 30 tahun akan terus menurun kepadatannya.”
Simak Video Berikut Ini:
Jika Sudah Osteoporosis
Orang yang sudah osteoporosis memiliki risiko tiga kali lebih tinggi mengalami patah tulang ketimbang orang yang tidak osteoporosis.
“Terutama yang kita takutkan adalah patah tulang panggul yang bisa menyebabkan kematian. Ini hampir sembilan kali terjadi pada orang-orang yang mengalami osteoporosis dibandingkan orang normal.”
Dampak lain dari osteoporosis adalah terhambatnya mobilitas, tidak dapat mengurus diri secara mandiri, dan merasakan sakit yang menyeluruh. Sakit yang menyeluruh dapat sangat mengganggu dan pada akhirnya dapat menyebabkan depresi atau cemas.
“Di Korea sudah dilihat bahwa mereka yang usia menopause (70-79 tahun) itu paling banyak mengalami osteoporosis sehingga harus berjaga-jaga terhadap dampak patah tulang.”
Advertisement
Pengetahuan Tentang Osteoporosis
Menurut Saptawati, pengetahuan mengenai osteoporosis dan kaitannya dengan kalsium perlu dipelajari oleh masyarakat.
Penelitian Biomedical pada 2018 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terkait osteoporosis dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka pemahamannya terhadap osteoporosis semakin baik.
“Belum semua tahu tentang osteoporosis, baru sekitar 77 persen.”
Pengetahuan tentang osteoporosis dikatakan penting karena berpengaruh pada kesehatan tulang anak. Kepadatan tulang anak ditentukan sejak dalam kandungan, jika sang ibu mengetahui kebutuhan kalsium anaknya, maka konsumsi kalsium dan vitamin D seimbang akan diusahakan bahkan ketika anak masih di dalam kandungan. Hal tersebut akan berpengaruh pada kepadatan tulang anak di usia dewasa.