Liputan6.com, Jakarta Susi Satiwi Rudiati sudah 23 tahun hidup dengan satu ginjal. Pada awal September yang lalu, ia dinyatakan terkena COVID-19.
Hasil tes usap COVID-19 yang dijalani Susi keluar dalam sehari. Ia dan anaknya, yang juga melakukan pemeriksaan, lalu sempat dirawat di rumah sakit yang terpisah.
Baca Juga
Dalam siaran dialog dari Graha BNPB pada Jumat lalu, dikutip Minggu (25/10/2020) Susi mengatakan bahwa ia tak mengalami gejala COVID-19 pada umumnya. Namun, ia mengalami sakit kepala luar biasa yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Advertisement
Selain itu, tekanan darahnya melonjak hingga 156 meski biasanya hanya sekitar 120 atau paling tinggi 130. Ia juga merasa badannya ngilu seperti kena flu tulang.
"Saya tidak habis pikir, saya hanya teriak-teriak dalam kamar sendirian. Saya nangis, terus saya video call, dengan kondisi ginjal satu, itu sangat berat buat saya," ujarnya.
"Saya hanya bisa istighfar, itu pun dibantu dengan suami melalui WA call, dibantu suami, anak-anak, dan mertua. Karena kami dari 18 orang, 12 orang terkena."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Berbagi dengan Petugas Kebersihan
Suatu malam, dalam perawatan, Susi mengatakan dirinya tak bisa tidur. Ia mengingat saat itu di luar sedang hujan deras.
"Dari situ saya malam itu sudah 'ya Allah apakah memang ini hari terakhir saya?'" kata Susi menceritakan kisahnya.
Saat itu, ia bertemu seorang petugas kebersihan yang bertugas sejak sore hari. Ketika Susi berbincang dengannya, dia mengetahui bahwa petugas tersebut tinggal di Pamulang. Pria tersebut memiliki satu anak dan istri yang tidak bekerja.
Hati Susi tergerak melihat perjuangan petugas kebersihan yang sebentar lagi akan pulang ke rumahnya dengan kondisi hujan deras dari rumah sakit tempat ia dirawat di Kuningan, Jakarta Selatan ke Pamulang.
"Kok ada sesuatu yang 'saya ingin bantu orang ini' sepertinya saya ada terketuk, orang ini harus saya bantu," kata Susi. Pada saat itu, ia pun meminta nomor rekening pada pria tersebut dan mengirimkannya bantuan sejumlah uang.
Hal itu semata-mata dilakukan Susi untuk meringankan rasa sakit yang ia rasakan. "Saya kasih, 'sudah saya transfer, mohon diterima, saya minta doa supaya saya dan keluarga sehat,'" kata Susi.
Advertisement
Berusaha untuk Tetap Bahagia
"Selama saya dirawat saya tidak bisa bangun, masih infus, karena sakit kepala, masih gemetaran, mau turun dari tempat tidur, salat di tempat tidur, alhamdulillah besok paginya dibayar tunai oleh Allah."
"Saya bisa segar kembali dan bisa menunaikan salat meski dengan agak susah, rasanya mungkin selama ini yang diceritakan orang dan saya baca mungkin memang benar, dengan sedikit sedekah kepada orang yang membutuhkan, itu meringankan kita semua."
Beberapa hari kemudian, Susi pun dinyatakan negatif. Keluarganya pun akhirnya menyusul dinyatakan bebas dari COVID-19.
Usai dinyatakan sembuh dari COVID-19, Susi pun lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan. Usai pulang dari kantor, barang-barang dan pakaiannya segera dibersihkan disemprot. Selain itu, ia meminta agar semua keluarganya untuk langsung mandi.
"Jadi lebih sering cuci tangan sampai kemana-mana bawa hand sanitizer," ujarnya.
Pada kesempatan itu, ia juga memberikan pesan, ketika Anda dinyatakan COVID-19, yang pertama adalah tidak boleh panik. Setelah itu, berusahalah untuk tetap bahagia atau senang.
"Senangnya seperti apa? Itu kan kita sendiri yang tahu. Kalau saya kemarin menyikapinya dengan, karena di rumah sakit, nonton TV yang lucu-lucu, karena saya hobi masak, saya nonton masak-masak."
"Kemudian makan makanan yang bergizi, setiap hari ada proteinnya, kemudian istirahat yang cukup. Jangan lupa berbagi walaupun sedikit, siapa tahu itu meringankan beban yang kita alami pada saat ini," pungkas Susi.
Infografis 3M Turunkan Risiko Covid-19 Berapa Persen?
Advertisement