Vaksin COVID-19 Perlu Dua Kali Penyuntikkan, Kenapa Tak Sekali Saja?

Pakar tetap mengingatkan bahwa meski setelah penyuntikkan dosis pertama dan kedua vaksin COVID-19, seseorang tetap harus disiplin protokol kesehatan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 14 Jan 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2021, 11:00 WIB
Raffi Ahmad terima vaksin. (tangkapan layar YouTube/ Sekretariat Presiden)
Raffi Ahmad terima vaksin. (tangkapan layar YouTube/ Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan vaksin COVID-19 --termasuk buatan Sinovac-- yang ada saat ini membutuhkan dua kali penyuntikkan dalam jangka waktu yang berbeda. Sejauh ini hanya vaksin corona yang tengah dibuat Johnson & Johnson yang digadang-gadang memerlukan sekali suntikan.

Maka dari itu, Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia Iris Rengganis, dalam konferensi pers dari BPOM pada Senin awal pekan ini, meminta agar orang yang telah mendapatkan suntikan pertama vaksinasi COVID-19 tetap harus menerapkan protokol kesehatan.

"Jangan sampai orang sudah sekali vaksin terus dia berpikir ini aman, lalu 3M tidak dilakukan lagi," kata Iris ditulis Kamis (14/1/2021).

Iris menjelaskan, ada alasan mengapa vaksin COVID-19 diberikan dalam dua kali penyuntikkan. Menurutnya, sistem imun seseorang tidak bisa langsung dipaksa menerima dua dosis vaksin dalam satu waktu.

"Waktu pembentukan pertama, karena ini vaksin (virus) mati, dia butuh dua kali suntik supaya antibodinya bisa sekaligus. Karena sistem imun tidak bisa langsung dua dosis disatukan saja, sekaligus," kata Iris.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Tetap Taati 3M Usai Vaksinasi Pertama

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima vaksin COVID-19 buatan Sinovac dari China pada Rabu (13/1/2021) di Istana Negara, Jakarta.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima vaksin COVID-19 buatan Sinovac dari China pada Rabu (13/1/2021) di Istana Negara, Jakarta. (Screenshot Live Youtube Sekretariat Presiden)

Iris mengatakan, apabila dua dosis vaksin dijadikan satu kali penyuntikkan di waktu yang sama, yang dikhawatirkan adalah timbulnya efek samping.

"Kalau misalnya 0,5 cc kita bikin 1 cc, itu berbeda. Jadi kalau dari imunologi, sistem imun tidak bisa kita paksa menerima 1 cc. Malah efek samping yang bisa muncul," kata Iris.

Maka dari itu, setelah menerima suntikan pertama, dibutuhkan penyuntikkan vaksin COVID-19 kedua kalinya dalam dua pekan berikutnya.

"Sementara dia tunggu dua minggu, 3M itu harus tetap kita pakai. Sama 3T. Jadi jangan sampai ada miskomunikasi. Antibodi itu akan full setelah dua kali suntik jadi full dose, baru dia perlindungannya sesuai dengan penelitian."

 

Tetap Disiplin Prokes Usai Vaksinasi Kedua

Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo hari ini, Kamis (14/1/2021) menjalani suntik vaksin Covid-19 Sinovac pertama di Jawa Tengah. (Liputan6.com/ Pemprov Jateng)

Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dalam kesempatan yang sama mengatakan, meski telah mendapatkan dua kali suntik vaksin, penerapan protokol kesehatan demi mencegah terinfeksi virus corona tetap harus dilakukan.

"Setelah kita disuntik dua kali, itu kita tidak langsung tinggi antibodinya. Kita perlu waktu untuk meningkatkan antibodi," kata Sri Rezeki.

Setelah dua kali penyuntikkan, dibutuhkan waktu hingga 14 hari sampai satu bulan agar antibodi yang timbul benar-benar maksimal. Di antara waktu-waktu tersebut seseorang masih tetap rentan terinfeksi virus corona.

"Maka masker tidak boleh lepas. Apalagi kalau belum seluruhnya (mau divaksin), ada yang menolak segala. Itu yang kemudian jadi semuanya tidak aman. Maka di sini kita harus bersama-sama diimunisasi," kata Sri Rezeki.

Infografis Jokowi dan Pemimpin Dunia Disuntik Vaksin Covid-19

Infografis Jokowi dan Pemimpin Dunia Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Jokowi dan Pemimpin Dunia Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya