Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya informasi terkait COVID-19 dan isu lainnya di dunia maya memicu timbulnya istilah infodemik.
Menanggapi hal ini, Koordinator Komunitas Sadar Sehat, dr Putu Eka Prayastiti Kefani mengatakan bahwa hal ini perlu diimbangi dengan informasi yang berfaedah.
Baca Juga
“Sekarang itu informasi istilahnya infodemik, banyak banget, jadi harus diimbangi dengan konten-konten yang berfaedah,” ujar dokter yang akrab disapa Fani itu kepada Liputan6.com melalui sambungan telepon, Senin (25/1/2021).
Advertisement
Maka dari itu, pemanfaatan media sosial oleh para ahli dan tenaga kesehatan sangat penting sebagai upaya memberikan informasi yang benar kepada masyarakat.
Menurut Fani, banyak dokter dan tenaga kesehatan yang pada akhirnya berjuang sendiri untuk menyuarakan informasi dan edukasi yang benar sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat.
“Kalau influencer kan dibayar kalau ini kan enggak, jadi lebih ke tanggung jawab profesi.”
Bagi para tenaga kesehatan (nakes) yang memiliki waktu luang, mereka biasanya banyak menyebarkan informasi di media sosial. Namun, bagi nakes yang sudah sibuk melayani pasien mereka jarang tampil di media sosial.
“Paling sesekali mereka menjadi narasumber, tapi itu tidak cukup sehingga perlu digalakan lagi platform-platform dari pemerintah agar lebih agresif.”
Dengan kata lain, media sosial bukan lagi hanya digunakan sebagai sarana hubungan masyarakat (humas) tapi juga berperan sebagai penyampai informasi untuk menyeimbangkan infodemik.
VIDEO CEK FAKTA: Hoax dan Infodemik COVID-19
Upaya Fani Lawan Infodemik
Sebagai upaya meredam informasi-informasi yang keliru di media sosial, Fani aktif melakukan diskusi di Instagram pribadinya (@dokterfani).
Tema-tema yang disajikan olehnya cukup beragam, sesuai dengan karakteristik pengikutnya yang kebanyakan adalah perempuan dewasa awal.
“Kebanyakan suka isu kesehatan reproduksi kewanitaan, kesehatan ibu dan anak, kalau tentang COVID-19 nggak ada habisnya setahun ini, tapi jangan sampai isu kesehatan umum lainnya tidak dibahas.”
Walau demikian, tanggapan warganet tidak seluruhnya positif. Ada sebagian kecil warganet yang berkomentar tidak baik terkait diskusi yang dilakukan. Misalnya tentang COVID-19, warganet yang tidak percaya penyakit tersebut cenderung berkomentar tidak baik.
Untuk menghadapi warganet seperti itu, Fani lebih memilih untuk tidak menanggapi. Pasalnya, jika ditanggapi warganet tersebut bisa lebih agresif.
“Tergantung bagaimana kita menyikapinya, apakah kita mau ikut berpolemik di situ, berdebat di situ, atau memberikan penjelasan sesuai porsinya, jangan sampai kita stres menghadapi itu,” tutupnya.
Advertisement