Liputan6.com, Jakarta - Sejak kasus pertama COVID-19 di Maret 2020 sampai Januari 2021, kasus positif COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan kemudian turun pada Februari 2021.
Pada empat bulan pertama COVID-19 ada di Indonesia, peningkatan yang terjadi cukup drastis yakni sekitar 70 hingga 90 persen. Pada bulan pertama, lonjakan kasusnya bahkan lebih dari 9 kali lipat. Menurut Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito hal ini karena Indonesia sedang dihadapkan dengan pandemi yang datang secara tiba-tiba.
Baca Juga
“Masa-masa ini adalah masa di mana Indonesia dihadapkan pada pandemi COVID-19 yang terjadi secara tiba-tiba dan tengah melakukan upaya percepatan semaksimal mungkin, salah satunya dengan menerapkan pembatasan sosial berskala besar," jelasnya.
Advertisement
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video berikut
Kenaikan Kasus Melonjak Usai Libur Panjang
Wiku menyampaikan pada bulan September terjadi peningkatan kasus yang signifikan sebesar 42,3 persen atau 45.895 kasus. Kenaikan ini efek dari libur panjang pada tanggal 15 sampai dengan 17 dan 20 sampai 23 Agustus 2020.
Periode September sampai November 2020, peningkatan masih terjadi, tetapi cenderung landai. Pada Oktober terjadi peningkatan 9,7 persen, sedangkan November hanya 4,6 persen.
Penambahan kasus kembali meroket pada Desember 2020 dan Januari 2021 seiring dengan adanya libur panjang natal dan tahun baru. Total penambahan kasus pada dua bulan tersebut mencapai 190.191 kasus.
“Tentunya dengan melihat tren kenaikan kasus yang diiringi event libur panjang, sudah sepatutnya kita senantiasa berkaca dan belajar dari pengalaman selama 10 bulan yang lalu agar tidak kembali mengulanginya di masa yang akan datang,” ungkap Wiku.
Advertisement
Tingkat Kematian Ikut Naik
Wiku menambahkan ada implikasi kematian pada setiap libur panjang selama setahun ke belakang. Di bulan-bulan tanpa libur panjang, jumlah orang yang meninggal akibat COVID-19 adalah 50 sampai 900 orang. Sementara itu, jumlah tersebut dapat melonjak meningkat tajam menjadi 1.000-2.000 orang di bulan-bulan dengan libur panjang.
“Data menunjukkan bahwa keputusan kolektif untuk tetap berlibur panjang selama pandemi adalah keputusan yang tidak bijak karena secara langsung berdampak pada jumlah orang yang meninggal,” tegas Wiku.
Ia berharap agar pemerintah dan masyarakat belajar untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana dan tidak membahayakan nyawa diri sendiri dan orang lain.
Indonesia memiliki persen kasus aktif yang lebih rendah dari dunia dan persen kesembuhan yang lebih tinggi. Namun, kematian di Indonesia lebih tinggi dari dunia.
“Jumlah kematian di Indonesia yang telah mencapai lebih dari 36.000 orang merupakan hal yang tidak bisa ditoleransi. Angka tersebut adalah nyawa dan kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk menekan hingga tidak ada penambahan kematian sama sekali.” kata Wiku.
Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi
Infografis
Advertisement