Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meresmikan peluncuran Emergency Use Authorization (EUA) vaksin AstraZeneca untuk vaksinasi COVID-19 di Indonesia.
Menurut Kepala BPOM Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP., vaksin AstraZeneca memiliki efikasi hingga 62,10 persen, yang berarti telah memenuhi standar organisasi kesehatan dunia (WHO).
Baca Juga
Menanggapi hal ini, mantan Direktur WHO SEARO sekaligus anggota Independent Allocation Vaccine Group (IAVG) Prof. Tjandra Yoga Aditama menguraikan tentang kedatangan vaksin AstraZeneca ini.
Advertisement
Menurut dia, pada 8 Maret 2021 Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa sebanyak 1.113.600 dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca telah tiba. Ini merupakan pengirim pertama vaksin melalui jalur multilateral COVAX Facility. Indonesia pada batch pertama akan menerima 11.704.000 vaksin sampai Mei 2021.
“COVAX adalah pilar ketiga dari Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator, suatu kerja sama multilateral tingkat dunia untuk menanggulangi pandemi COVID, yang khusus mengurus tentang vaksin,” kata Tjandra dalam tulisan yang dibagikan kepada Health Liputan6.com, Selasa (9/3/2021).
Ia menambahkan, salah satu kegiatan penting COVAX adalah dukungan pada COVID-19 Vaccines Advance Market Commitment (COVAX AMC), di mana Menlu Retno Marsudi adalah salah seorang co chair-nya. COVAX AMC adalah suatu mekanisme finansial inovatif yang mendukung ketersediaan vaksin COVID-19 yang aman dan efektif untuk 92 negara di dunia yang membutuhkannya, termasuk Indonesia.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Video Berikut Ini
Tujuh Langkah Pengiriman Vaksin COVAX
Lebih jauh, Tjandra menguraikan tentang tujuh langkah proses pengiriman vaksin COVAX ke ke berbagai negara sebagai berikut:
- Negara yang termasuk dalam COVAX AMC menyampaikan surat minat dalam bentuk Expression of Interest (EOI).
- Komunikasi intensif antara sekretariat COVAX dengan negara calon penerima vaksin.
- Negara mengirimkan rencana kerja dalam format NVDP (national vaccine development plan) yang setidaknya berisi empat hal, yaitu target populasi yang akan diberikan vaksin dari COVAX, sistem distribusi, mekanisme menangani kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI), dan ketersediaan anggaran untuk pelaksanaan imunisasi di lapangan.
- Analisis mendalam tentang ketersediaan vaksin dalam mekanisme ini dan negara mana yang sudah siap menerimanya.
- Badan di dalam COVAX yang bernama “Joint Allocation Taskforce (JAT)” yang beranggotakan staf WHO dan Gavi akan membuat draft daftar pembagian vaksin mana ke negara mana.
- Validasi oleh Independent Allocation Vaccine Group (IAVG). IAVG akan menilai draft yang dipersiapkan oleh JAT. IAVG akan melakukan koreksi bila diperlukan, dapat juga meminta perhitungan ulang.
- Kalau IAVG sudah memvalidasi, maka barulah proses pengiriman vaksin ke negara lain dapat dilakukan, termasuk ke Indonesia yang diterima pada 8 Maret 2021.
“Independent Allocation Vaccine Group (IAVG) terdiri dari 12 orang anggota, saya di tunjuk menjadi salah seorang di antaranya.”
Para anggota ini tidak mewakili negara dan juga tidak mewakili organisasi tempat bekerja, tetapi dipilih berdasar lima kriteria pengetahuan dan pemahaman di bidang epidemiologi penyakit menular dan imunisasi global, respons kedaruratan kesehatan masyarakat internasional, pemahaman tentang akses bahan kesehatan, pelaksanaan program imunisasi di lapangan, dan pemahaman diplomasi kesehatan internasional, kata Tjandra.
“Saya dan seluruh anggota IAVG memang telah melakukan pertemuan intensif pada Februari 2021 dan kemudian memvalidasi sehingga vaksin sudah dapat diberikan ke berbagai negara.”
“Yang pertama ke negara Ghana dan lalu berbagai negara lain termasuk ke Indonesia pada 8 Maret 2021 ini. Proses kerja kami di IAVG akan terus berjalan di waktu mendatang,” katanya.
Advertisement