Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menargetkan sasaran vaksinasi COVID-19 sebanyak 181.554.465 jiwa atau 70 persen populasi Indonesia untuk membentuk herd immunity. Lalu, kapan herd immunity di Indonesia akan terbentuk?
Ketua Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio menjelaskan, herd immunity atau kekebalan kelompok bisa dicapai dengan pendekatan artificial immunity atau vaksinasi jika seluruh target sasaran Indonesia sudah divaksin COVID-19.
Baca Juga
"Apa yang akan terjadi setelah kita mendapatkan vaksinasi? Kita berharap jumlah infeksi akan turun, sejalan dengan program vaksinasi yang meningkat. Semakin banyak yang divaksin, maka herd immunity akan meningkat pula," kata Amin dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Alinea.
Advertisement
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu memaparkan skema waktu herd immunity yang akan dicapai Indonesia. Dalam pemaparannya, terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk membentuk herd immunity sekitar setahun. Jika vaksinasi Indonesia dimulai pada Januari 2021, maka herd immunity akan dicapai pada Januari 2022.
"Skema ini menunjukkan waktu pembentukan herd immunity yang cukup panjang. Tidak mungkin habis divaksin lalu minggu depannya kebal. Buktinya setelah divaksin 2 kali pun, ada yang terinfeksi, ini tandanya saat divaksin, dia sudah dalam masa inkubasi virus," ujarnya.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Berikut
3 Hal Penting Capai Herd Immunity
Amin mengatakan, jika pemerintah ingin mencapai herd immunity sesuai dengan target waktu yang ditentukan, maka ada tiga hal yang harus dipenuhi dalam program vaksinasi COVID-19. Ketiganya yaitu menyangkut kesediaan, sediaan, dan ketersediaan.
"Kesediaan ini maksudnya harus ada kemauan orang/masyarakat untuk divaksin. Lalu, sediaan vaksin maksudnya, vaksin harus aman, efektif, dan halal. Kita punya banyak pilihan vaksin dari berbagai jenis yang didatangkan dari berbagai negara," ungkapnya.
Kemudian yang terakhir kata Amin, yakni terkait ketersediaan vaksin. Menurutnya ketersediaan vaksin lah yang sangat menentukan apakah herd immunity bisa dicapai sesuai dengan target waktu yang diinginkan.
"Ketersediaan vaksin ini yang menjadi critical. Mulai dari penerimaan vaksin di pabriknya, pendistribusian dan penyimpanannya, stabilitasnya, tanggal kadaluarsa vaksin, prioritas penerima, penyuntikan, hingga wastage vaksin harus diperhatikan," kata dia.
Dalam paparan itu, Amin juga menjelaskan dua pendekatan lain untuk bisa mencapai herd immunity, yakni pendekatan natural immunity dan human infection model.
"Pendekatan i itu itu ada beberapa macam, yang pertama innate misalnya dengan cara minum vitamin untuk meningkatkan imunitas, lalu maternal ini menyangkut bayi jadi tidak saya jelaskan. ketiga melalui subnical natural exposure, dia secara tidak sengaja terpapar, tidak sempat sakit tapi muncul kekebalan," ungkapnya.
Lalu pendekatan lainnya yakni Human Infection Model. Dimana pendekatan ini dinilai tidak etis karena akan membiarkan seleksi alam.
"Pendekatan ini pernah dicoba di Swedia. Orang-orang dibiarkan saja terpapar. Yang kuat akan jadi sehat, tambah kuat. Yang lemah akan tereliminasi, tapi ini tidak etis dan korbannya lebih banyak," kata Amin.
Â
Penulis:Â Rifa Yusya Adilah/Merdeka.com
Â
Advertisement