Liputan6.com, Jakarta - Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2020 menyebutkan konsumsi alkohol merupakan masalah kesehatan global dengan jumlah kematian 3 juta jiwa per tahun.
Terdapat 200 penyakit yang diakibatkan oleh konsumsi alkohol. Selain itu, beban ekonomi oleh penyakit akibat alkohol di dunia mencapai 220 triliun rupiah per tahun.
Baca Juga
Asian Pacific Journal of Cancer Prevention 2017 juga menunjukkan, beban penyakit kanker akibat alkohol di Indonesia mencapai 5 milyar rupiah per tahun.
Advertisement
Menurut Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, SpPD-KGEH dari Divisi Gastroenterologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), penyakit kanker hanyalah sebagian kecil dari bahaya alkohol.
“Tentu penyakit kanker ini hanya salah satu bagian kecil dari bahaya alkohol banyak penyakit lain yang dapat timbul dan jadi beban ekonomi kita,” ujar Murdani dalam seminar daring Medicine UI, ditulis Rabu (7/4/2021).
Murdani juga menjelaskan, alkohol atau etanol yang digunakan sebagai bahan dasar bir dan anggur adalah golongan obat sedatif hipnotik yang memiliki efek ke berbagai organ tubuh sesuai konsentrasinya dalam darah termasuk sistem saluran cerna.
“Sebagian besar alkohol yang dikonsumsi ini dimetabolisme di liver. Efek konsumsi alkohol tentu dipengaruhi oleh total volume alkohol yang dikonsumsi dan pola konsumsi alkohol.”
Simak Video Berikut Ini
Efek Alkohol pada Saluran Cerna
Alkohol pada umumnya juga memiliki efek negatif pada saluran cerna. Murdani menjelaskan, saluran cerna bukan hanya maag atau lambung.
“Saluran cerna barangkali yang terbayang oleh kita hanya maag atau lambung, tapi sebenarnya saluran cerna itu meliputi mulai dari bibir, rongga mulut, tenggorokan, esofagus (pipa makanan dari mulut ke lambung), lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan anus.”
Jika saluran cerna ini terpapar alkohol maka efeknya bermacam-macam, lanjutnya. Pada rongga mulut dan esofagus biasanya menimbulkan efek langsung berupa gangguan pada lapisan mulut (mukosa) baik pada lidah maupun esofagus. Gangguan ini biasanya berupa radang, robekan, atau pecahnya keutuhan dari dinding esofagus.
“Paparan yang sifatnya berulang-ulang itu bisa menimbulkan kerusakan pada kelenjar ludah dan ini bisa menyebabkan turunnya produksi air liur hingga bisa menyebabkan pula asam lambung,” tutupnya.
Advertisement