Regulator Obat Eropa Mulai Kaji Vaksin COVID-19 Sinovac

Vaksin Sinovac menjadi vaksin COVID-19 dari China pertama yang dikaji oleh regulator obat Eropa

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Mei 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2021, 07:00 WIB
FOTO: Puskesmas di Jakarta Mulai Lakukan Vaksinasi Virus Corona COVID-19
Dokter menunjukkan botol vaksin virus corona COVID-19 produksi Sinovac saat kegiatan vaksinasi di Puskemas Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (14/1/2020). Sejumlah Puskesmas di Jabodetabek mulai melakukan vaksinasi COVID-19 pada hari ini. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Regulator Obat Eropa, European Medicines Agency (EMA) telah memulai kajian terhadap vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan China, Sinovac. Proses ini dilakukan oleh EMA Human Medicines Committee (CHMP).

Dalam pernyataannya, Keputusan CHMP untuk memulai peninjauan didasarkan hasil awal studi laboratorium dan studi klinis terhadap vaksin virus corona yang telah digunakan di Indonesia tersebut.

"Studi ini menunjukkan bahwa vaksin memicu produksi antibodi yang menargetkan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dan dapat membantu melindungi dari penyakit," kata EMA di laman resminya, dikutip Rabu (5/5/2021).

EMA akan mengevaluasi data saat mereka tersedia, untuk memutuskan apakah manfaatnya lebih besar daripada risiko. "Tinjauan bergulir akan berlanjut sampai tersedia cukup bukti untuk aplikasi otorisasi pemasaran formal," kata mereka.

Adapun, regulator Eropa itu akan menilai vaksin COVID-19 Sinovac dengan standar Uni Eropa terkait efektivitas, keamanan, dan kualitas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Vaksin Corona China Pertama yang Dikaji EMA

Ketua IDI Terpilih Vaksinasi COVID-19 Bersama Nakes RSUD Cengkareng
Petugas vaksinator menunujukkan vaksin CoronaVac dari SinoVac di RSUD Cengkareng, Jakarta, Kamis (14/01/2021). Vaksinasi Covid-19 tahap awal akan menargetkan 1,48 juta tenaga kesehatan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dalam keterangan lanjutannya, EMA menjelaskan bahwa vaksin COVID-19 buatan Sinovac adalah vaksin inactivated, yang mengandung SARS-CoV-2 yang sudah dimatikan dan tidak akan menyebabkan penyakit.

Selain itu, vaksin tersebut juga mengandung adjuvan untuk memperkuat respon imun terhadap vaksin.

Dikutip dari Al Jazeera, vaksin COVID-19 Sinovac menjadi vaksin dari China pertama yang dikaji oleh EMA.

Pengawas obat Eropa tersebut juga sedang melakukan rolling review (peninjauan bergulir) terhadap tiga vaksin COVID-19 lain yaitu CureVac yang dikembangkan di Jerman, vaksin Novavax buatan perusahaan Amerika Serikat, serta Sputnik V dari Rusia.

Peninjauan bergulir bertujuan untuk mempercepat proses persetujuan dengan memungkinkan peneliti mengirimkan laporan secara real time, sebelum data uji coba akhir tersedia.

Vaksin COVID-19 Sinovac saat ini juga masih dikaji oleh World Health Organization, untuk mendapatkan Emergency Use Listing, di samping vaksin corona dari pengembang Tiongkok lainnya yaitu Sinopharm.


Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya