Ingatkan Bahaya Varian Baru, Menkes Minta Daerah Lebih Agresif Testing COVID-19

Menkes mengingatkan agar daerah lebih agresif dalam melakukan testing dan tracing, khususnya demi mengantisipasi bahaya virus corona COVID-19 mutasi baru

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Mei 2021, 12:14 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2021, 12:14 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang pengadaan vaksin COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)
Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang pengadaan vaksin COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan agar daerah tidak memperkecil jumlah testing atau pemeriksaan COVID-19 demi masuk ke zona hijau, bahkan meminta agar hal itu ditingkatkan lebih agresif.

Hal tersebut disampaikan Menkes dalam Launching Gebyar Vaksinasi COVID-19 Bagi Lansia mengingat saat ini beberapa mutasi baru dan varian corona penyebab COVID-19 sudah masuk ke Indonesia.

"Kalau virus yang sekarang dari 1 naik jadi 4, dari 4 naik jadi 16, yang baru tidak seperti itu, dari 1 naik jadi 50, dari 50 naik 2.500. Jadi kecepatan penularannya tinggi sekali," kata Budi pada Selasa (18/5/2021).

Budi pun mengatakan bahwa menggunakan masker dan protokol kesehatan masih menjadi cara bagi masyarakat demi mencegah penularan virus corona yang sudah bermutasi ini.

Sementara bagi Dinas Kesehatan, Menkes meminta agar daerah meningkatkan jumlah testing (pemeriksaan) dan tracing (telusur) untuk COVID-19.

"Terutama anggota Forkopimda. Banyak Forkopimda karena mengejar hijau, kuning, merah, inginnya hijau testing-nya dibuat sedikit. Itu bisa meledak, bahaya, apalagi dengan adanya virus baru. Kita mesti lebih agresif testing," kata Menkes.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Ibaratkan Testing dan Tracing Sebagai Intelijen

Panglima TNI hingga Raffi Ahmad Kembali Jalani Vaksinasi Kedua
Menkes Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan usai menjalani vaksinasi COVID 19 dosis kedua di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/1/2021). Pemerintah mengharapkan per harinya 900 ribu hingga 1 juta masyarakat Indonesia dapat menerima vaksin. (Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden)

Menkes pun mengibaratkan bahwa pemeriksaan dan penelusuran seperti sebuah intelijen. "Kalau intel kita lemah, kelihatannya bagus. Tahu-tahu teroris masuk, bom-nya meledak," kata Budi Gunadi.

Menkes juga mengungkapkan dia sudah mengatakan ke Presiden Joko Widodo, Menko Perekonomian/Ketua KPCPEN Airlangga Hartarto, dan Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo untuk menegur daerah apabila positivity rate-nya tinggi.

"Saya sudah bilang ke Bapak Presiden, jangan tegur kepala daerah kalau kasus terkonfirmasinya tinggi, tapi tegur kepala daerah kalau positivity rate-nya tinggi," kata Menkes.

"Saya sudah bilang ke pak Airlangga, ke pak Doni, jangan tegur kepala daerah kalau terkonfirmasinya tinggi, tapi ditegur kalau positivity rate-nya 25 persen, 30 persen."

Menurut Budi, apabila positivity rate suatu daerah tinggi, maka hal itu menunjukkan kurangnya pemeriksaan di daerah tersebut dan banyak orang-orang yang terpapar COVID-19 tetapi tidak teridentifikasi.

Infografis 3 Varian Virus Corona Paling Menular Lolos ke Indonesia

Infografis 3 Varian Virus Corona Paling Menular Lolos ke Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 3 Varian Virus Corona Paling Menular Lolos ke Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya