Liputan6.com, Jakarta Sejak 2019 pandemi Covid-19 melanda, kondisi ini bukan hanya menyerang fisik melainkan juga kesehatan mental termasuk pada anak-anak.
Menurut dokter Spesialis kesehatan jiwa RS Pondok Indah – Bintaro Jaya dr Anggia Hapsari, Sp.KH, pengasuhan anak merupakan hal yang menantang bahkan pada saat keadaan baik-baik saja. Namun di masa sulit seperti sekarang, perlu bagi orang tua untuk mengambil langkah-langkan untuk membantu diri sendiri, anak dan seluruh keluarga melalui situasi ini.
Baca Juga
"Apa yang bisa dilakukan orang tua selama masa belajar di rumah? dengan menjaga suasana hati (mood orang tua), menggunakan kesempatan untuk membangun bonding dengan anak, kreatif dan mengeksplor kecerdasan anak, manajemen waktu dan buat rencana kegiatan dan juga berkomunikasi dengan orang tua lain dan guru.
Advertisement
dr Anggia mengatakan, orang tua perlu menciptakan kebiasaan anak seperti sebelum masa Covid-19 agar anak tidak terlalu lekat dengan gadjet (gawai) yang perlu dikontrol.
"Yang terpenting orang tua terlibat aktid saat anak-anak memegang gawai sehingga menghindarkan anak terbuai pada akun-akun yang menghadirkan konten negatif," jelasnya.
Simak Video Berikut Ini:
mengasah kreativitas anak
Selain itu, orang tua juga bisa mengasah kreativitas anak melalui dunia maya. "Di era industri 4.0 dunia maya tak bisa dilepaskan dari keseharian anak-anak. Hal itupun bisa dimanfaatkan untuk mengasah kreativitas anak. Contohnya mengajarkan membuat vlog (video blog).
Dan yang terpenting, lanjut dr Anggia, orang tua perlu memahami tempramen dan karakteristik anak. Misalnya mengetahui gaya perilaku anak dalam merespons sesuatu.
Dari ketiga karakteristik anak. Easy Child, secara umum ia memiliki mood baik, cepat beradaptasi dengan rutinitas, suasana atau pengalaman baru.
"Orangtua tetap berusaha untuk terlibat dan menunjukkan minat terhadap segala hal yang dilakukan anak. Hindari sikap cuek karena menganggap anak sudah bisamelakukan segala sesuatu sendiri. Kenalkan batasan atau rambu-rambu mana yang boleh dan tidak boleh ketika bertemu dengan orang asing," katanya.
Sementara pada anak dengan karakteristik Slow to Warm Up Child, agak lebih sulit dan membutuhkan waktu beradaptas, membutuhkan banyak dorongan, lebih sering menangis, sering dikatakan pemalu. Jadi jangan memaksa anak untuk cepat akrab dengan orang lain.
"Hindari sikap overprotektif. Berikan sedikit waktu dan bersabar sampai anak merasa nyaman dan anak bisa beradaptasi dengan sendirinya. Terima sikap anak dengan karakteristiknya tersebut,kemudian latih anak untuk lebihterbuka secara bertahap," ujarnya.
Dan selanjutnya Difficult Child. Karakteristik ini sulit beradaptasi. Bukan anak nakal. Ia hanya bingung terhadap perubahan. Suasana hatinya cenderung negatif sehingga moodnya harus dijaga. Sehing dianggap sebagai anak yang susah diatur. Sehingga ia perlu diberi dukungan sebanyak mungkin.
"Pahami alasan anak ketika menunjukkan perilaku tertentu, karena anak tidak berperilaku dengan cara tertentu secara sengaja. Selalu sabar dalam menghadapianak dengan karakteristik ini, sebabselalu saja ada tantangannya ketikaanak “bertingkah”. Konsisten dengan peraturan yang telah dibuat, karena anak dengan temperamen ini cukup kesulitandalam menyesuaikan diri denganrutinitas. Buat harapan yang realistis dengan kemampuan anak," ujarnya.
Advertisement
tips mendidik anak di masa pandemi
dr Anggia memberikan tips berikut:
1. Beri contoh
2. Bangun komunikasi yang baik (verbal dan non verbal)
3. Kuasai diri, adanya kehangatan dari ortu
4. Kompak dan konsisten
5. Rencanakan kegiatan bersama yang melibatkan anak
6. Keseimbangan aktivitas belajar, bermain bersama, tugasrumah, waktu bersosialisasi dengan teman, waktu sendiri (metime), dan berikan reward/pujian ketika mereka bisamelakukannya
7. Ciptakan lingkungan fisik dan emosional yang aman denganmempraktikkan 3R’s: Reassurance, Routinity, dan Regulation!
Strategi dalam membantu anak menghadapi stres
Berikut dr Anggia juga memberikan strategi dalam membantu anak menghadapi stres:
1. Silence
Ketenangan bisa meningkatkan senyawa kebahagiaan (dopamin). Dalam hal ini, ajari anak untuk mengerti dan mengetahui perasaan yang sedang dirasakan, tanpa menghakimi perasaan tersebut. Ajari anak juga untuk melakukan latihan pernapasan agar anak bisa menenangkan dirinya saat stres.
2. Shift the mood
Mengatur suasana hati dapat meningkatkan senyawa kebahagiaan serotonin.
- Saat sedih, coba ajak anak untuk mengingat memori yang menyenangkan
- Meminta anak membuat list kegiatan apa saja yang membuatnya bahagia
- Buat jadwal untuk melakukan kegiatan yang seru dan menyenangkan
- Ajak anak beraktivitas fisik di area outdoor dan terkena matahari
3. Sharing to Connect
Berbagi dapat meningkatkan senyawa kebahagiaan oksitosin.
Lakukan percakapan dengan anak dengan tujuan untuk mengetahui apa yang anak rasakan, tanpa memiliki tujuan untuk menghakimi ataupun menyalahkan. Jadilah pendengar yang benar-benar tulus ingin tahu apa yang dirasakan anak.
Advertisement