Liputan6.com, Jakarta Sertifikat vaksinasi COVID-19 kini menjadi syarat untuk mengunjungi hampir semua tempat. Namun bagi mereka yang enggan divaksinasi, sertifikat palsu malah dijadikan pilihan.
Tak hanya di Indonesia, peredaran sertifikat vaksinasi COVID-19 palsu kini juga terjadi di Australia. Sertifikat tersebut diperjualbelikan lewat jejaring sosial seperti grup Facebook, Snapchat, dan WhatsApp.
"Sebagian besar dokumen yang ditiru adalah bentuk PDF dari sertifikat yang asli," ujar ahli epidemiologi penyakit menular dr. Mohammad Assoum dikutip ABC News, Jumat (10/9/21).
Advertisement
Baca Juga
Beredarnya sertifikat vaksinasi palsu ini diketahui berasal dari kota New South Wales. Terkait hal tersebut, dalam situs Australian Government Services Australia terdapat berbagai cara yang ditawarkan untuk memeriksa bukti vaksinasi COVID-19.
Berdasarkan keterangan yang tertulis, sertifikat vaksinasi di Australia dapat diperoleh lewat dua cara yakni menggunakan akun Medicare melalui website myGov atau aplikasi seluler yakni Express Plus Medicare.
Mengecilkan peluang penanganan COVID-19
Para pengamat setempat mengungkapkan bahwa penawaran sertifikat COVID-19 palsu tentu bisa mempertaruhkan peluang Australia dalam menangani penanganan pandemi COVID-19.
Menurut Mohammad, pemalsuan sertifikat vaksin dinilai dapat berdampak pada ketepatan data vaksinasi COVID-19 yang ada. Juga, dapat mempengaruhi persepsi masyarakat pada vaksin.
"Itu mempengaruhi persepsi kita tentang keamanan dan efektivitas vaksin," ujarnya.
Pendapat serupa disampaikan oleh seorang ahli kesehatan di University of Sydney, Prof. Julie Leask. Menurutnya, harus ada pendorong bagi masyarakat untuk melakukan vaksinasi yang didukung dengan sistem yang kuat.
"Setelah ada alasan yang kuat, harus dibuat sebuah sistem yang sudah dikonsultasikan dengan baik," ujar Julie.
Advertisement