Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan kasus COVID-19 di Singapura menimbulkan fenomena tersendiri di masyarakat. Saat ini, warga di negara tersebut dikabarkan langsung pergi ke rumah sakit jika mengalami gejala demam atau flu yang sedikit saja mengarah pada simtom COVID-19. Tak ayal, rumah sakit-rumah sakit di Singapura pun terpantau penuh, bahkan disebut-sebut terancam kolaps.Â
Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo menyampaikan, kasus kematian akibat COVID-19 sudah menyamai kematian pada Agustus 2021 bertambah sekitar 19 orang. Angka ini menimbulkan semacam ketakutan.
Advertisement
Baca Juga
"Orang berlomba-lomba untuk memeriksakan diri (ketika punya sedikit saja gejala COVID-19) ke rumah sakit. Sekarang, yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura, semua tidak harus pergi ke rumah sakit," jelas Suryo dalam dialog Jurus Antisipasi Gelombang Ketiga pada Selasa, 28 September 2021.
"Tapi bisa melakukan pemeriksaan di klinik ini. Memang ada peningkatan kasus COVID-19, walaupun secara keseluruhan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit itu tidak lebih dari 1.000 orang dari kapasitas 15.000 tempat tidur."
Pasien yang dirawat di ICU sekarang sekitar 30. Namun, menurut Suryo, Pemerintah Singapura melihat jumlah ini termasuk cukup besar.
"Pemerintah Singapura mengantisipasi betul-betul agar menghindari, jangan sampai kondisinya (pasien) semakin mengalami perburukan," lanjutnya.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Pemerintah Singapura Kaget dengan Angka Kasus COVID-19
Menilik penambahan kasus konfirmasi positif COVID-19 seminggu ini, terang Suryo Pratomo, angkanya di atas 1.000. Bahkan dua hari lalu sempat mencapai 1.939 kasus.
"Ini cukup mengagetkan bagi Pemerintah Singapura. Karena mereka memperkirakan, maksimum saja (penambahan kasus) sampai 200 kasus, tapi di sini sampai 1.900," ujarnya.
"Ini juga melihat Singapura wilayahnya sangat kecil. Kemudian rumah juga ukuran rumahnya kecil-kecil dan jumlah orangnya banyak. Muncul kekhawatiran di setiap rumah tangga itu menulari orangtuanya."
Salah satu yang disoroti Suryo, banyak orangtua di Singapura tidak mau divaksinasi. Mereka merasa tidak akan pernah bepergian ke luar negeri.
Upaya menekan kasus COVID-19, sejak hari Senin (27/9/2021) dilakukan pengetatan kembali. Anak kelas 1 sampai kelas 5 diminta selama dua minggu sekolah dari rumah. Perjalanan orang luar, makan di restoran hanya diperbolehkan untuk 2 orang.
"Kami menerima tamu satu kali, hanya boleh dua orang saja dan orang itu kalau makan di luar harus sudah divaksinasi penuh di Singapura," kata Suryo.
"Yang namanya vaksinasi penuh di Singapura adalah orang yang sudah disuntik vaksinasi kedua."
Advertisement