Hati-Hati, Perempuan Lebih Rentan Alami Long Covid

Ini alasan perempuan lebih rentan mengalami Long Covid

oleh Fitri Syarifah diperbarui 15 Okt 2021, 16:32 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi wanita lebih rentan alami gejala long COViD-19
Ilustrasi wanita lebih rentan alami gejala long COViD-19. Photo by Anna Shvets from Pexels

Liputan6.com, Jakarta Dibanding laki-laki, perempuan dinilai lebih rentan mengalami kumpulan gejala atau sindrom Long Covid atau post COVID-19.

Menurut dokter Spesialis Penyakit Dalam & Tim Dokter Penanganan COVID-19 RS Pondok Indah – Puri Indah dr. Wirawan Hambali, Sp.PD, hal ini karena perempuan cenderung memiliki masalah autoimun.

"Perempuan lebih rentan mengalami proses autoimun. Namun, hal ini juga tergantung dari pengobatan COVID-19 di awal terinfeksi dan seberapa luas peradangan terjadi," katanya dalam dalam Media Discussion RSPI belum lama ini.

dr Wirawan mengibaratkan COVID-19 secara awam layaknya kebakaran hutan,"Ketika kebakaran terjadi hanya di kelompok tertentu maka akan lebih mudah tertangani. Namun, jika kebakaran terjadi ke seluruh hutan maka semakin tinggi pula kerusakannya.".

Hal ini maksudnya bila pengobatan Long Covid dilakukan lebih awal, akan mempengaruhi seberapa luas peradangan terjadi.

"Semakin tinggi peradangan, maka semakin banyak dampak Long Covid," katanya.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Gejala Long COVID-19

 Lantas, apa saja gejalanya? dr Wirawan menerangkan, gejalanya secara spesifik terjadi pada sistem pernapasan, kardiovaskular, dan neuropsikiatri.

"Di sistem pernapasan, gejalanya bisa berupa batuk, rasa tidak nyaman di dada, penurunan kapasitas paru, sleep apnea, dan fibrosis paru," katanya.

Sedangkan pada sistem kardiovaskular muncul aritmia (detak jantung tidak normal) dan miokarditis (peradangan jantung). Dan juga mengakibatkan neuropsikiatri seperti demensia, depresi, ansietas, gangguan atensi dan obsesif kompulsif.

Sementara dari studi yang dilakukan di Universitas Indonesia dan RS Persahabatan, gejala long COVID-19 yang masih sering muncul paling banyak seperti kelelahan, batuk, nyeri otot, sakit kepala, gangguang tidur, sesak napas, nyeri sendi, ansietas, jantung berdebar, gangguan konsentrasi, mual, hidung tersumbat, anosmia, nyeri tenggorokan, depresi, demam, diare dan muntah.

 

Kenali faktor risiko long COVID-19

Untuk itu, dia mengatakan untuk mengenali beberapa faktor risiko Long Covid selain jenis kelamin. Yakni Usia, Kondisi saat infeksi akut, etnis, komorbid dan BMI.

"Usia di atas 50 tahun lebih berisiko alami long COVID-19. Selain itu, risiko meningkat jika pasien mengalami lebih dari 5 gejala selama infeksi akut COVID-19 terutama kelelahan, nyeri kepala, dyspnea, suara serak dan myalgia," katanya.

Dari segi etnis, kulit putih juga berisiko. Namun, apabila memiliki lebih dari dua komorbid sebelum infeksi akut lebih berisiko mengalami Long Covid

Dan dr Wirawan menambahkan, BMI seseorang juga mempengaruhi risiko long COVID-19. "BMI kurang dari 30 kg/m2 memiliki tingkat recovery pascaCOVID-19 lebih baik."

Infografis 5 Saran Dokter untuk Penyintas Covid-19.

Infografis 5 Saran Dokter untuk Penyintas Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Saran Dokter untuk Penyintas Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya