Cara Komunitas di Malang Perbaiki Kondisi Psikis Anak-Anak Pengidap Kanker

Penyakit kanker tak hanya dapat menyerang orang dewasa, tapi juga anak-anak. Data terkini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan secara global sekitar 400.000 anak dan remaja terdiagnosa kanker setiap tahunnya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Des 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2021, 12:00 WIB
Sahabat Anak Kanker
Dok. Pribadi

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit kanker tak hanya dapat menyerang orang dewasa, tapi juga anak-anak. Data terkini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan secara global sekitar 400.000 anak dan remaja terdiagnosa kanker setiap tahunnya.

Ketika seorang anak terdiagnosa kanker, situasi mereka menjadi sangat sulit dan menantang baik secara fisik maupun emosional.

Hal ini disampaikan oleh pendiri komunitas Sahabat Anak Kanker, Nur Very Hani Susanto yang juga memiliki pengalaman merawat anaknya yang kena kanker.

Pengalaman merawat dan menemani buah hati kemoterapi membawa Very dan istri membentuk komunitas yang diinisiasikan sejak 2015 di kota Malang, Jawa Timur.

“Di Malang, yayasan atau komunitas seperti ini tidak ada. Akhirnya saya dan istri mulai mencari informasi sendiri,” ujar Very dalam keterangan pers dikutip Rabu (1/12/2021).

Perbaiki Psikis Anak Lewat Mainan

Ketika mempelajari tentang kanker pada anak, ia menemukan bahwa aktivitas bermain dapat berdampak positif bagi psikis anak-anak yang tengah melalui masa pengobatan.

Mainan milik putra Very yang dibawa ke rumah sakit rupanya menarik perhatian pasien anak lainnya serta tim tenaga kesehatan. Anak-anak yang menjalani rawat inap sangat antusias saat waktu bermain tiba.

Di sela waktu perawatan, Very juga berbincang dan berbagi semangat dengan para orangtua pasien.

Upayanya untuk memberikan pendampingan bagi anak penderita kanker melalui bermain bersama membuahkan hasil. Dukungan pun mulai mengalir dengan donasi mainan, pemberian fasilitas ruangan bermain untuk pasien anak dengan kanker di rumah sakit, hingga kehadiran relawan dari beragam profesi, seperti dokter dan psikolog.

“Tujuan kami satu memberikan dukungan dan pendampingan secara psikis bagi keluarga maupun anak-anak yang tengah berjuang melawan kanker. Misi dan suara komunitas kami semakin didengar berkat teknologi media sosial seperti Facebook.”

Melalui media sosial, komunitas tersebut dapat menjangkau keluarga-keluarga yang membutuhkan, berbagi semangat, menggalang donasi, dan juga mengajak lebih banyak relawan untuk bersama-sama memberikan dukungan moril bagi anak-anak penderita kanker.

Rencana di Masa Mendatang

Very menambahkan, di masa mendatang komunitas ini berencana untuk membangun Rumah Main.

Rumah ini akan memiliki konsep seperti taman bermain yang dilengkapi dengan berbagai aktivitas, serta akomodasi bagi keluarga pasien yang ingin menginap sementara karena harus menempuh perjalanan jauh dari tempat tinggalnya ke rumah sakit.

Selain melakukan kunjungan dan pendampingan bagi keluarga pasien, komunitas Sahabat Anak Kanker juga rutin menyelenggarakan kelas-kelas kreatif, di antaranya kelas menggambar, membuat kerajinan tangan, dan mendongeng.

Setiap dua bulan sekali, Very bersama para relawan mengajak anak-anak untuk berwisata seperti mengunjungi kebun binatang, menonton pertandingan sepak bola, hingga menonton film di bioskop.

“Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan protokol medis yang ketat dan didampingi oleh dokter dan perawat.”

Menurut Very, aktivitas seperti ini memberikan kekuatan dan semangat bagi anak-anak ketika harus berhadapan dengan jarum suntik, obat-obatan, dan proses terapi yang panjang.

“Kini, anak-anak jadi sering bertanya ke orangtuanya, kapan mereka akan ke rumah sakit lagi, karena mereka sangat menantikan waktu untuk bertemu dan bermain dengan teman-teman sebayanya.”

Mengikis Stigma

Komunitas Sahabat Anak Kanker kini telah memiliki kemitraan dengan sejumlah rumah sakit di daerah Malang dan Batu, akademi keperawatan, dan fakultas kedokteran di beberapa universitas, seperti Universitas Brawijaya.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi, sambung Very, yaitu masih adanya stigma bahwa penyakit kanker menular. Stigma keliru ini menghambat interaksi anak-anak beserta keluarga mereka dengan komunitasnya.

Melalui kegiatan komunitasnya, Very berharap dapat mengikis stigma tersebut, serta membantu para pejuang kanker untuk memperoleh dukungan yang dibutuhkan.

 

 

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?
Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker? (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya