[Kolom Pakar] dr Rudy Hidayat : Penyakit Reumatik dan Kaitannya dengan Kondisi Pascainfeksi COVID-19

Reumatik atau rematik menjadi kondisi yang diwaspadai setelah COVID-19

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Des 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 08 Des 2021, 15:00 WIB
Reumatik, Rematik, Rematik adalah, Reumatik adalah, apa itu rematik, apa itu reumatik
Dr. dr. Rudy Hidayat, Sp.PD-KR, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Reumatologi RS Pondok Indah – Pondok Indah, menjelaskan terkait kondisi pascainfeksi COVID-19 dengan penyakit reumatik atau rematik.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa penelitian mengemukakan bahwa seseorang yang baru sembuh dari COVID-19 dapat terkena gejala reumatik. Bahkan, memicu penyakit reumatik kronis seperti reumatik autoimun. Benarkah hal tersebut? Lalu, apa yang harus dilakukan oleh pasien reumatik autoimun yang baru saja sembuh dari COVID-19?

Penyakit reumatik adalah setiap gangguan yang melibatkan sistem organ muskuloskeletal (sendi, otot, tulang, dan struktur jaringan ikat) dan autoimun. Sedangkan infeksi COVID-19 adalah penyakit infeksi oleh virus severe acute respiratory syndrome 2 (SARS-CoV-2) yang menimbulkan kelainan atau gangguan pada sistem organ pernapasan dan berbagai sistem organ lainnya.

Diskusi yang saat ini masih hangat dibahas adalah kaitan penyakit rematik (terutama kelompok reumatik-autoimun atau penyakit reumatik dengan penyebab autoimun) dengan kondisi pascainfeksi COVID-19.

Berbagai laporan dari seluruh pelosok dunia, tentang kondisi individu pasca infeksi COVID-19, menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pasien masih memiliki beberapa gejala gangguan muskuloskeletal yang menetap dalam jangka waktu yang cukup lama hingga enam hingga sembilan bulan setelah infeksi.

Kondisi yang dikenal dengan post-covid syndrome atau long-covid condition ini sangat mungkin juga disertai gangguan pada sistem organ yang lain, terutama paru dan jantung. Beberapa gejala gangguan muskuloskeletal yang dilaporkan antara lain kelemahan lengan atau tungkai, nyeri otot, nyeri sendi, kekakuan, bengkak dan kesemutan, juga keluhan fatique/kelelahan.

Pasien-pasien yang mengalami keluhan-keluhan yang menetap ini bukan hanya pasien yang sebelumnya dengan infeksi COVID-19 sedang atau berat, tetapi juga pasien dengan infeksi yang ringan.

Para dokter ditantang untuk dapat mengenali kondisi ini dan membedakan dengan kondisi kronis lain, termasuk reumatik autoimun yang memerlukan terapi jangka panjang. Terapi pada kondisi Post Covid ini lebih bersifat simtomatik dan rehabilitatif, baik dengan obat-obatan maupun dengan modalitas terapi fisik atau latihan fisik.

 

Sembuh dari Infeksi COVID-19 Dapat Memicu Penyakit Reumatik Kronis

Kondisi kedua yang juga kerap menjadi pertanyaan adalah apakah kondisi setelah sembuh dari infeksi COVID-19 dapat memicu penyakit reumatik kronis (terutama reumatik autoimun) atau tidak.

Penyakit reumatik autoimun diketahui merupakan hasil interaksi adanya faktor genetik yang memudahkan munculnya kondisi autoimun, ditambah dengan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang banyak diteliti salah satunya adalah infeksi virus, tetapi untuk infeksi COVID-19 tentu belum cukup data untuk memastikan hal tersebut.

Para ahli sedang melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan itu karena dari berbagai observasi selama ini, kemungkinan tersebut cukup besar. Beberapa jurnal melaporkan adanya pasien-pasien yang didiagnosis arthritis rheumatoid (RA) pasca infeksi COVID-19. Namun, hasil penelitian belum diungkapkan secara luas.

Hal ketiga adalah bagaimana dan apa yang terjadi dengan pasien reumatik (terutama reumatik-autoimun) pasca infeksi COVID-19?

Berbagai laporan yang ada menunjukkan bahwa infeksi COVID-19 lebih besar dampaknya pada pasien dengan autoimun, apalagi dengan terapi imunosupresan (obat yang menekan sistem imun). Di samping itu, infeksi juga dapat menjadi pemicu aktivitas penyakit autoimun.

Hal ini menjadi dasar mengapa pasien autoimun dianjurkan untuk segera melakukan vaksinasi COVID-19, terutama pada kondisi autoimun yang terkendali, karena keuntungannya yang lebih besar dibandingkan risikonya.

Sedangkan untuk kondisi pascainfeksi, nampaknya tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang berkaitan dengan kondisi autoimun yang diderita, kecuali adanya post-covid syndrome yang dapat memperberat kondisi autoimun.

Hal ini perlu dievaluasi dengan baik dan teliti oleh dokter yang menangani untuk membedakan mana yang merupakan manifestasi dari reumatik-autoimun atau merupakan manifestasi post-covid syndrome, atau justru kombinasi dari keduanya.

Jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi jika Anda mengalami gejala post-covid syndrome yang menuju kepada gejala reumatik, ataupun penyakit reumatik autoimun. Penanganan dini pada gejala, dapat membantu mempercepat pemulihan.

Penulis : 

Dr. dr. Rudy Hidayat, Sp.PD-KR adalah Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Reumatologi RS Pondok Indah – Pondok Indah

Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah

Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya