Pakar Ungkap Strategi Hadapi Omicron di Indonesia

Anggota Pakar Medis Satgas COVID-19, Erlina Burhan mengatakan, perkembangan COVID-19 saat ini cukup bagus dan kondusif. Namun bagaimana dengan Omicron di Indonesia?

oleh Fitri Syarifah diperbarui 13 Des 2021, 16:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2021, 15:00 WIB
dr Erlina Burhan
Anggota Pakar Medis Satgas COVID-19, Erlina Burhan

Liputan6.com, Jakarta Anggota Pakar Medis Satgas COVID-19, Erlina Burhan mengatakan, perkembangan COVID-19 saat ini cukup bagus dan kondusif. Namun, bagaimana dengan kesiapan kita menghadapi varian Omicron?

Erlina mengatakan bahwa masyarakat harus tetap hati-hati meski kasus COVID-19 di bawah 500 kasus per harinya.

“Sejak September, kasus COVID-19 terus turun dan melandai. Sekarang rata-rata di bawah 400 kasus saja hari. Bayangkan dengan Eropa yang ribuan kasus. Tapi saat ini memang banyak terjadi pelonggaran, pelonggaran protokol dan juga PPKM jadi hati-hati juga ya,” kata Erlina dalam acara Sarasehan ILUNI FKUI, ditulis Senin (13/12/2021).

Dokter spesialis paru konsultan ini mengatakan, tren kasus harian yang menurun harus terus dipertahankan.

“Ini suatu kondisi yang baik, namun kita hati-hati juga capaian vaksin masih kurang 50 persen, relaksasi PPKM di mana-mana, orang sudah mulai bekerja seperti biasa dan ada varian baru,” jelasnya.

Sementara itu, terkait kemunculan Omicron, ia menjelaskan memang saat ini sudah banyak negara yang melaporkan.

“Mulainya dari traveller, jadi dari para pelaku perjalanan. Kemudian setelah terjadi penularan di suatu tempat akhirnya menjadi community transmission, jadi transmisinya terjadi di komunitas atau kalangan masyarakat memang kita harus waspada,” jelasnya. 

“Omicron Ini pertama kali dilaporkan dari Afrika Selatan. Tapi kita nggak tahu persis apakah memang Afrika Selatan ini adalah asal dari Omicron ini kenapa karena kita tahu Omicron ini tidak terlalu berat penyakitnya. Jadi bisa jadi sudah lama ada Omicron tapi tidak menjadi variant of concern,” katanya. 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Simak Video Berikut Ini:

Varian yang Menjadi Perhatian Khusus

Omicron ini adalah suatu varian yang menjadi perhatian khusus karena ada dampaknya terhadap manusia. 

“Varian ini dilaporkan tanggal 24 November dan dengan segera WHO pada tanggal 28 mengkategorikan varian ini sebagai variant of concern karena sudah ditemukan di empat wilayah,” ujarnya.

Erlina menyampaikan, mutasi pada virus sebenarnya adalah sesuatu yang lazim.

“Kita nggak bisa menahannya karena itu lazim terjadi, pada virus itu hal yang biasa, itu alami terjadinya. Karena SARS-CoV-2 ini, coronavirus RNA, yang istilah medisnya virus RNA itu sangat mudah mengalami mutasi atau perubahan susunan genetik.”

Namun, kata dia, tidak usah khawatir sebab mutasi itu selalu terjadi karena bagian dari virus bertahan hidup dan sudah banyak virus-virus SARS-CoV ini yang mengalami mutasi tapi tidak semuanya berbahaya. 

“Bahkan dikatakan 40 persen dari mutasi atau varian baru yang terbentuk itu nggak ada apa-apanya, tidak berbahaya sama sekali, malah mungkin lebih lemah dari yang aslinya sehingga tidak menjadi perhatian kita,” katanya.

Tetapi kalau kemudian virusnya menjadi lebih kuat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, virus akan lebih cepat menular. Kedua akan memperberat penyakitnya dan kalau varian tersebut membuat efek proteksi dari vaksin atau membuat daya proteksi dari vaksin itu menurun, maka virus akan dianggap sebagai variant of concern.

Reinfeksi

Erlina menerangkan, Omicron ini memiliki perubahan materi genetik di banyak tempat yang memungkinkan dia tidak bisa dikenali oleh sistem imun.

"Makanya banyak orang yang sudah sembuh pun akhirnya menjadi reinfeksi. Ini adalah salah satu yang perlu diperhatikan pada Omicron."

Lantas, bagaimana langkah-langkah menghadapi Omicron ini?

Ia mengatakan, WHO menyampaikan upaya pencegahan yang terbaik adalah pakai masker, jaga jarak dan kalau di ruang tertutup perhatikan ventilasi, hindari kerumunan, dan lakukan pelacakan kontak yang lebih ketat.

Pemerintah Indonesia pun, lanjut dia, memberlakukan karantina yang tadinya hanya 3 hari karena Omicron ini menjadi 10 hari.

"Kemudian juga khusus untuk negara tertentu yang memang sudah ada laporannya maka karantinanya 14 hari."

Untuk mencegah penularan virus kembali terjadi, Erlina pun menegaskan untuk tidak menunda vaksinasi. "Segeralah divaksinasi. Kita susah mencegah orang masuk ke Indonesia karena mobilitas manusia masih sangat tinggi. Nah, kalaupun Omicron masuk, kalau kita sudah divaksin ternyata tidak ada gejala," jelasnya.

"Pada kasus Omicron di Belanda misalnya gejala yang dilaporkan ringan, dan bahkan tanpa gejala pada orang yang sudah divaksin lengkap. Begitu pun di Korea Selatan dan Jepang yang memiliki kasus terkonfirmasi Omicron ternyata memiliki gejala ringan karena sudah mendapatkan dosis vaksin Pfizer lengkap," pungkasnya.

6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron.

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya