Puncak Kasus Omicron di RI Diprediksi Terjadi Awal Februari

Berdasarkan kasus di negara lain, puncak kasus Omicron terjadi setelah 40 hari usai kasus pertama ditemukan.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 12 Jan 2022, 08:23 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2022, 07:53 WIB
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. (Dok Kemenko Marves)
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. (Dok Kemenko Marves)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah memprediksi puncak kasus Omicron di Indonesia terjadi pada awal Februari 2022.

Prediksi ini muncul dengan melihat data di negara lain bahwa kasus Omicron muncul setelah 40 hari temuan kasus pertama.

"Berdasarkan data di negara lain, puncak kasus Omicron terjadi dalam waktu 40 hari. Untuk kasus di Indonesia kita perkirakan Omicron awal Februari," kata Luhut.

Luhut juga mengatakan bahwa berdasarkan data di negara-negara lain Omicron bisa menimbulkan gelombang baru dengan puncak yang lebih tinggi. Hal ini terjadi di Inggris, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa lain. Bukan tidak mungkin Indonesia alami hal serupa.

"Indonesia bukan tidak mungkin mengalami hal yang sama dan kami sudah melihat tanda peningkatan (kasus)," kata Luhut.

Optimistis Bisa Hadapi Lonjakan Omicron dengan Baik

Meski sudah ada prediksi peningkatan kasus terkait Omicron di RI, Luhut optimistis Indonesia sudah siap menghadapinya dibandingkan saat gelombang kasus karena Delta kemarin.

Ada beberapa faktor yang menurutnya membuat Indonesia jauh lebih siap. Pertama, cakupan vaksinasi sudah lebih tinggi disusul dengan tracing dan testing COVID-19 lebih tinggi. 

Tak ketinggalan, tenaga kesehatan sudah disediakan, tempat tidur di rumah sakit serta hal lain seperti oksigen dan obat-obatan termasuk Molnupiravir juga sudah ada untuk menghadapi kenaikan kasus karena Omicron.

"Dengan persiapan ini serta pengalaman yang lalu, saya yakin tidak akan meningkat seperti negara lain. Syaratnya kita semua harus disiplin dan kompak," katanya.

Gejala Lebih Ringan, Strategi Hadapi Omicron Beda

Di kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kenaikan kasus Omicron bisa terjadi dengan cepat dan banyak tapi relatif lebih ringan.

"Data menunjukkan 20-30 persen lebih ringan untuk pasien yang masuk rumah sakit," katanya.

Budi juga mengatakan mengingat varian ini sudah masuk ke Indonesia, pasti akan ada kenaikan kasus yang cepat. Namun, Budi meminta agar tidak panik karena kecenderungan yang masuk rumah sakit lebih rendah dari gelombang Delta.

Penguatan strategi perawatan bukan cuma di rumah sakit tapi perawatan isolasi mandiri di rumah. Pasien bisa mengandalkan telemedicine sehingga dengan isolasi di rumah tetap terkontrol dengan baik lalu sembuh dari Omicron. 

Budi pun meminta agar masyarakat saat ini lebih disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. "Memakai masker itu harus."

Lalu, jika merasa tidak enak badan segera lakukan testing dan isolasi mandiri di rumah. Bagi yang belum mendapatkan vaksinasi COVID-19 segera lakukan. 

 

 

Infografis

Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya