Vaksin Sinopharm Akhirnya Kantongi Izin BPOM Sebagai Dosis Booster

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) menyetujui penggunaan darurat vaksin Sinopharm sebagai dosis booster (lanjutan).

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 02 Feb 2022, 10:08 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2022, 10:08 WIB
FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Botol bertuliskan "Vaksin COVID-19" terlihat di sebelah logo Sinopharm, 23 November 2020. Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) telah menjamin vaksin COVID-19 buatan Sinopharm halal. (JOEL SAGET/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) menyetujui penggunaan darurat vaksin Sinopharm sebagai dosis booster (lanjutan).

Vaksin produksi Beijing Bio-Institute Biological, China, telah didaftarkan PT Kimia Farma untuk penggunaan booster homolog pada usia 18+ atau bagi yang sudah memeroleh dosis primer lengkap selama enam bulan atau lebih.

"Sesuai persyaratan penggunaan darurat, Badan POM telah melakukan evaluasi terhadap aspek khasiat dan keamanan mengacu pada standar evaluasi vaksin COVID-19 untuk vaksin Sinopharm sebagai dosis booster homolog untuk dewasa 18 tahun ke atas," ujar Kepala BPOM RI, Penny K Lukito dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 2 Februari 2021.

Penny, mengatakan, aspek keamaan dari penggunaan vaksin Sinopharm sebagai booster umumnya dapat ditoleransi dengan baik.

Dijelaskan Penny bahwa frekuensi, jenis, dan keparahan reaksi sampingan atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD) setelah pemberian booster lebih rendah dibandingkan saat pemberian dosis primer.

"KTD yang sering terjadi merupakan reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan, pembengkakan, dan kemerahan serta reaksi sitemik seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot dengan tingkat keparahan grade 1-2," katanya.

Sedangkan dari aspek imunogenisitas, peningkatan respons imun humoral untuk parameter pengukuran antibodi netralisasi dan anti IgG dari vaksin Sinopharm masing-masing sebesar 8,4 kali dan delapan kali lipat dibandingkan sebelum pemberian booster.

Penny, mengatakan, respons imun setelah pemberian booster ini lebih tinggi dibandingkan respons imun yang dihasilkan pada saat vaksinasi primer.

Kejadian Tidak Diharapkan Pasca Booster Rendah

Dijelaskan Penny bahwa frekuensi, jenis, dan keparahan reaksi sampingan atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD) setelah pemberian booster lebih rendah dibandingkan saat pemberian dosis primer.

"KTD yang sering terjadi merupakan reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan, pembengkakan, dan kemerahan serta reaksi sitemik seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot dengan tingkat keparahan grade 1-2," katanya.

Sedangkan dari aspek imunogenisitas, peningkatan respons imun humoral untuk parameter pengukuran antibodi netralisasi dan anti IgG dari vaksin Sinopharm masing-masing sebesar 8,4 kali dan delapan kali lipat dibandingkan sebelum pemberian booster.

Penny, mengatakan, respons imun setelah pemberian booster ini lebih tinggi dibandingkan respons imun yang dihasilkan pada saat vaksinasi primer.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya