Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan RI, dr Dante Saksono Harbuwono SpPD-KEMD mengungkapkan bahwa ada tiga persoalan utama masalah kesehatan di Indonesia.
"Problem utama dalam pelayanan kesehatan kita secara komprehensif ada tiga. Pertama adalah bahan baku obat itu masih 90 persen di import," ujar Dante dalam webinar Kolaborasi Riset Penuaan Sel FKUI ditulis Sabtu, (26/3/2022).
Baca Juga
"Kemudian yang kedua alat kesehatan kita 88 persen juga masih import. Ketiga, angka R&D riset kita itu masih 0,26 persen. Nah angka R&D yang masih 0,26 ini sebenarnya akan kita dongkrak menjadi lebih tinggi daripada itu," tambahnya.
Advertisement
Sehingga, Dante menuturkan, dana-dana untuk riset di Indonesia akan ditingkatkan. Hal ini lantaran untuk meningkatkan tak hanya dari sisi riset, namun juga sisi kemanusiaannya.
"Dana riset itu akan dikembangkan dan ditingkatkan melalui institusi yang saat ini ada BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), juga Kementerian Kesehatan untuk beberapa proyek-proyek clinical practice," kata Dante.
Dalam kesempatan yang sama, Founder PT Kalbe Farma Dr Boenjamin Setiawan mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, peningkatan dana riset menjadi poin pertama bila Indonesia ingin mengembangkan penelitian.
"Ini kalau kita mau mengembangkan penelitian di Indonesia, apa yang harus kita lakukan? Dana penelitian harus ditingkatkan supaya satu persen GDP (Gross Domestic Product)," kata Boenjamin.
Dana penelitian tertinggi
Boenjamin menjelaskan, R&D menjadi hal yang begitu penting karena tanpanya, Indonesia sulit untuk mengalami kemajuan.
"R&D itu penting sekali, tanpa R&D kita tidak akan mengalami kemajuan dan yang penting inovasinya. Semuanya itu gagasan, teknologi, dan peralatannya," ujar Boenjamin.
Sehingga kolaborasi antar pemerintah, universitas, dan industri pun penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia.
Boenjamin pun mencontohnya Korea Selatan, yang mana dana penelitian (R&D)-nya paling tinggi diantara negara-negara lainnya yakni sebesar 4,35 persen dari GDP.
"Ini kenapa Korea Selatan sampai sekarang majunya bukan main. Ini yang saya kira perlu diperhatikan oleh Indonesia. Dana penelitian di Indonesia hanya 0,3 persen dari GDP, terlalu kecil. Akibatnya enggak maju-maju," kata Indonesia.
Advertisement