Hal-Hal Positif yang Bisa Terjadi Jika Tempe Diakui UNESCO

Tempe sebagai makanan tradisional Indonesia yang penuh manfaat tengah diupayakan agar diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Apr 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2022, 09:00 WIB
FOTO: Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tahu Tempe Bakal Mogok Produksi
Tempe dan tahu dijual di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Tempe dan tahu akan hilang di pasar tradisional dikarenakan kenaikan harga kedelai saat ini sudah di atas kewajaran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Tempe sebagai makanan tradisional Indonesia yang penuh manfaat tengah diupayakan agar diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda.

Upaya mendorong tempe agar diakui di mata dunia bukan tanpa alasan. Menurut, Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Rudatin SSt.MK, SKM, M.Si, ada beberapa manfaat yang bisa didapat jika tempe diakui oleh UNESCO.

“Jika tempe diakui UNESCO pertama tentu itu sebuah kebanggaan. Ketika tempe diakui berasal dari Indonesia maka dapat dideklarasikan bahwa tempe itu hak warisnya Indonesia, bukan dari negara lain,” kata Rudatin dalam konferensi pers Rabu (30/3/2022).

Kedua, dengan diakuinya tempe sebagai warisan budaya Indonesia, maka akan mengangkat derajat tempe di mata dunia.

Jika derajat tempe sudah terangkat, maka perekonomian pengusaha tempe juga ikut maju. Sebaliknya, jika derajat tempe turun maka akan berdampak buruk bagi para pengusaha.

“Kalau tempe tidak ada di pasaran, maka sangat menghantam rakyat karena hampir semua kalangan itu konsumsi tempe.”

Simak Video Berikut Ini

Membantu Penanganan Stunting

Tempe sebagai makanan sehari-hari sudah diteliti berbagai manfaatnya. Bahkan, menurut Rudatin, tempe juga memiliki peran dalam upaya penanganan stunting di Indonesia.

“Tempe ini sangat-sangat dinantikan konsumsinya terutama pada saat pemulihan stunting karena pemenuhan kebutuhan protein nabati salah satunya dari tempe.”

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Ilmiah DPP PERSAGI Dr. Marudut Sitompul, MPS mengatakan bahwa tempe juga berperan dalam penanganan penyakit ginjal kronis.

“Tahun 2021 dipublikasikan di Korean Journal of Internal Medicine bahwa ada pergeseran dalam pengobatan penyakit ginjal kronis yaitu dengan protein nabati. Di sini tempe memiliki peran penting karena bisa diolah oleh ahli gizi menjadi pangan untuk menangani ginjal kronis.”

Update Pengajuan UNESCO

Terkait update pengajuan tempe pada UNESCO, Penggagas Indonesian Tempe Movement Prof. Florentinus Gregorius Winarno mengatakan, sejauh ini masih belum final.

“Proses UNESCO itu belum final, apakah Indonesia akan mendapat rekognisi terhadap UNESCO juga belum,” kata Winarno.

Walau demikian, semua data yang dibutuhkan sudah masuk ke pihak UNESCO dan sedang dalam tahap pemilihan akhir.

“Jadi pemilihan akhir itu, apakah tempe, apakah jamu, apakah reog. Jadi biasanya nanti ditentukan oleh komite, ada komite yang di Indonesia, ada juga komite di UNESCO.”

Jika tempe tidak terpilih, maka harus menunggu 2 tahun lagi untuk diajukan ke UNESCO. Setelah 2 tahun, maka akan ditentukan kembali mana yang akan diakui terlebih dahulu. Jika masih tidak terpilih, maka harus menunggu 2 tahun lagi dan begitu seterusnya.

 

Infografis Ragam Tanggapan Harga Kedelai dan Ancaman Mogok Perajin Tahu Tempe

Infografis Ragam Tanggapan Harga Kedelai dan Ancaman Mogok Perajin Tahu Tempe. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Harga Kedelai dan Ancaman Mogok Perajin Tahu Tempe. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya