Liputan6.com, Jakarta - Tiga anak Indonesia meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut gejala berat. Pasien berasal dari rumah sakit berbeda di daerah Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Ketiganya kemudian dirujuk dan mengembuskan napas terakhirnya di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dalam kurun waktu yang berbeda dalam dua minggu hingga 30 April 2022.
Baca Juga
Hingga kini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) masih dalam proses investigasi lebih lanjut soal hepatitis akut misterius yang diduga terjadi pada ketiga anak tersebut.
Advertisement
Spesialis anak konsultan gastrohepatologi dari RSCM Jakarta - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI), Dr dr Hanifah Oswari mengungkapkan bahwa ketiga pasien datang dengan kondisi yang berat.
"Tiga pasien ini datang dalam kondisi yang berat dan semuanya rujukan dari rumah sakit di Jakarta," ujar Hanifah dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia, Kamis, (5/5/2022).
"Kita sudah mencoba merawatnya di ICU dan tidak tertolong karena kondisi pada saat datangnya sudah sangat-sangat berat," Hanifah menambahkan.
Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Juru Bicara Kemenkes RI, dr Siti Nadia Tarmizi. Nadia pun mengonfirmasi hal tersebut dan menjelaskan bahwa pasien memang datang dalam kondisi yang berat.
Sehingga pihak rumah sakit hanya memiliki sedikit waktu untuk melakukan tindakan pertolongan.
"Ketiga kasus ini sudah datang pada kondisi (hepatitis) stadium lanjut. Jadi memang hanya memberikan waktu sedikit untuk kemudian rumah sakit bisa melakukan tindakan pertolongan," kata Nadia.
1 dari 3 Punya Penyakit Penyerta
Nadia mengungkapkan bahwa ketiga pasien yang meninggal dunia tersebut ada pada usia dua, delapan, dan 11 tahun. Satu diantaranya yakni yang berumur dua tahun belum mendapatkan vaksin hepatitis maupun vaksin COVID-19.
Terkait dugaan berkaitan dengan COVID-19, Nadia menjelaskan bahwa ketiganya juga telah melakukan pemeriksaaan COVID-19 dengan hasil negatif.
Berdasarkan hasil investigasi kontak yang dilakukan Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, satu dari tiga anak yang meninggal tersebut memiliki penyakit penyerta lainnya.
"Satu kasus itu pernah sebenarnya memiliki penyakit lainnya. Ada penyakit lain yang kemudian kita duga hepatitis akut ini," kata Nadia.
"Memang sampai saat ini, ketiga kasus ini belum bisa kita golongkan sebagai hepatitis akut dengan gejala berat tadi. Tetapi masuk pada kriteria yang kita sebut pending klasifikasi karena ada pemeriksaan laboratorium," tambahnya.
Pemeriksaan laboratorium tersebut adalah adenovirus dan hepatitis E yang membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 14 hari kedepan.
Advertisement
Tidak Ada Riwayat Genetik
Dari hasil pemeriksaan sementara, ketiga pasien tersebut juga tidak memiliki riwayat genetik atau turunan dari keluarga yang berkaitan dengan hepatitis atau penyakit kuning.
"Tidak ditemukan faktor riwayat anggota keluarga lain yang menderita penyakit hepatitis atau kuning sebelumnya. --- Juga tidak ada anggota lain yang memiliki gejala sama," ujar Nadia.
Keluhan utama yang dilaporkan dari ketiga pasien tersebut adalah mual, muntah, dan diare. Ketiganya juga sempat menguning sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit.
"Keluhan utama seperti yang disampaikan oleh Prof Hanifa adalah keluhan dari saluran cerna, yaitu sebelum kuning dan dibawa ke rumah sakit, ketiga pasien mengalami keluhan mual, muntah, dan diare yang hebat," ujar Nadia.
Sebelumnya, Hanifah menjelaskan bahwa hepatitis akut kali ini dianggap misterius karena tidak diketahui apa penyebabnya, yang mana berbeda dengan hepatitis yang sudah ada sebelumnya.
"Kedua, dia (hepatitis akut misterius) itu berat, yang biasa datang tidak seberat yang kita temukan saat ini dan datang dalam waktu yang bersamaan dengan cepat," kata Hanifah.
Gejala Awal Hepatitis Akut Misterius
Berdasarkan laporan dari kasus yang sudah ada, Hanifah menuturkan, gejala awal yang muncul adalah diare, mual, muntah, sakit perut yang kadang disertai oleh demam ringan.
Kemudian, gejala tersebut berlanjut lagi dengan buang air kecil hingga warnanya seperti air teh, buang air besar pucat, matanya atau kulitnya berwarna kuning. Saat diperiksakan, kadar enzim hatinya juga meningkat.
"Bila berlanjut lagi gejalanya pasien akan mengalami gangguan pembekuan darah, kemudian terjadi penurunan kesadaran dan bisa berlanjut menjadi kematian bila pasien tidak dilakukan transplantasi hati," kata Hanifah.
Dalam hal ini, Hanifah mengungkapkan bahwa orangtua diminta untuk tidak panik namun tetap waspada terhadap kondisi anak-anaknya.
Mengingat penyakit satu ini diketahui mayoritas terjadi pada anak-anak. Sejauh ini laporan kasus tertua hepatitis akut misterius terjadi pada anak berusia 16 tahun.
"Dari laporan-laporan di banyak negara itu sudah diteliti bahwa kasus yang tertua itu 16 tahun. Jadi tidak ada yang lebih dari 16 tahun," ujarnya.
Advertisement