Liputan6.com, Jakarta Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UK Health Security Agency/UKHSA) mengumumkan bahwa pihaknya dan Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan UK telah menemukan virus polio dalam sampel limbah.
Sampel tersebut dikumpulkan oleh London Beckton Sewage Treatment Works pada bulan Februari hingga Mei 2022.
Baca Juga
Virus polio yang ditemukan ini diketahui ada dalam tinja seseorang yang baru saja melakukan vaksin polio di negara berbeda dan melakukan perjalanan kembali ke Inggris.
Advertisement
Sebelumnya, kasus terakhir polio di Inggris ditemukan 38 tahun lalu, tepatnya pada 1984. Inggris pun telah dinyatakan bebas polio pada tahun 2003 lalu oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh UKHSA, virus polio dengan jenis seperti vaksin tersebut normal ditemukan kasusnya. Namun biasanya temuan tersebut hanya merupakan temuan satu kali dan tidak terdeteksi lagi setelahnya.
Investigasi lebih lanjut saat ini pun sedang dilakukan. Virus tersebut kini diklasifikasikan sebagai virus polio tipe 2 'turunan vaksin' atau ‘vaccine-derived’ poliovirus type 2 (VDPV2).
Deteksi VDPV2 menunjukkan kemungkinan adanya beberapa penyebaran antara individu yang memiliki hubungan dekat di London Utara dan London Timur.
Berkaitan dengan hal tersebut, konsultan epidemiologi di UKHSA, Dr Vanessa Saliba mengungkapkan bahwa virus polio yang diturunkan dari vaksin sebenarnya jarang terjadi, dan risiko terhadap masyarakat secara keseluruhan juga rendah.
"Namun virus polio yang diturunkan dari vaksin memiliki potensi untuk menyebar, terutama pada komunitas dimana penyerapan vaksin lebih rendah," ujar Vanessa.
UKHSA Minta Vaksin Polio Digencarkan Kembali
Meskipun resiko penularan pada populasi yang besar rendah, UKHSA tetap mendesak orangtua di sana untuk melakukan vaksinasi polio pada anak-anak mereka.Â
Hal tersebut lantaran cakupan vaksinasi polio di Inggris juga mengalami sedikit penurunan dalam lima tahun terakhir dari puncaknya pada 2013 lalu.
"Polio dapat menyebabkan kelumpuhan pada orang yang tidak divaksinasi lengkap. Jadi jika Anda atau anak-anak Anda tidak mengetahui informasi terbaru tentang vaksinasi polio, penting untuk menghubungi dokter umum Anda untuk mengejar ketertinggalan tersebut," kata Vanessa.
"Sebagian besar penduduk Inggris akan terlindungi dari vaksinasi di masa kanak-kanak. Tetapi di beberapa komunitas dengan cakupan vaksin yang rendah, individu mungkin tetap berisiko," tambahnya.
Vanessa mengungkapkan bahwa UKHSA akan segera menyelidiki kasus ini untuk memahami lebih lanjut soal potensi penularannya.
Para layanan kesehatan nasional di sana juga telah diminta untuk melaporkan dengan segera jika ada kasus yang dicurigai, meskipun sejauh ini belum ditemukan adanya kasus konfirmasi.
Advertisement
Inggris Punya Status Bebas Polio
Mengutip laman iNews.co.uk, ditemukannya virus polio dalam limbah tersebut memungkinkan Inggris untuk kehilangan status bebas polionya yang telah dinobatkan oleh WHO.
Secara historis, polio dapat diberantas di Inggris berkat adanya cakupan vaksinasi yang tinggi, yang mana menawarkan perlindungan lengkap untuk mencegah terjadinya kelumpuhan dan gejala lainnya.
Kepala perawat di NHS London, Jane Clegg juga mengungkapkan bahwa mayoritas warga di sana sudah sepenuhnya terlindungi dari polio.
Namun untuk merespons temuan baru ini, pihaknya juga akan mulai menjangkau orangtua yang memiliki anak berusia dibawah 5 tahun di London yang belum mengetahui vaksinasi polio.
"NHS akan mulai menjangkau orangtua dari anak yang berusia dibawah 5 tahun yang belum mengetahui soal vaksin polio untuk mengundang mereka agar bisa mendapatkan perlindungan," kata Jane.
Bersamaan dengan temuan tersebut, pengawasan air limbah di Inggris pun dikabarkan akan diperluas. Hal tersebut dilakukan guna melihat potensi tingkat penularan dan mengidentifikasi.
Efek Pandemi COVID-19
Ahli virus yang mempelajari polio di University of Saskatchewan, Kanada, Angela Rasmussen mengungkapkan bahwa penurunan cakupan vaksinasi polio di Inggris ada kaitannya dengan pandemi COVID-19 yang berlangsung.
Pandemi COVID-19 dianggap telah memberikan peluang bagi polio untuk muncul kembali pada banyak negara. Hal tersebut lantaran pandemi COVID-19 mengganggu program vaksinasi anak-anak di seluruh dunia.
"Kekhawatiran terbesar saya adalah kenyataan bahwa ada populasi yang lebih besar sekarang yang belum divaksinasi sesuai jadwal. Saya pikir itu terjadi di mana-mana, dan itu karena pandemi SARS-CoV-2," ujar Angela mengutip NPR.
Pada tahun 2016 lalu, hanya ada empat negara dengan beberapa lusin kasus polio dari seluruh dunia. Namun pada 2019 dan 2022, jumlah kasus polio di seluruh dunia meningkat hampir tiga kali lipat.
Menurut laporan NPR pada bulan April lalu, terdeteksi seribu kasus yang tersebar pada hampir 30 negara. Tahun lalu pun, dunia mencatat kasus polio meningkat hingga 600 kasus.
Advertisement