Jaga Balita Terhindar dari Subvarian Baru COVID-19, Cukupkah dengan Memenuhi Nutrisinya?

Ada kekhawatiran bagi orang tua yang memiliki anak balita karena muncul subvarian virus COVID-19 yang semakin kuat. Sementara anak-anak di bawah 6 tahun belum bisa mendapatkan vaksin.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Jul 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2022, 13:00 WIB
Mencegah MIS-C Menjangkit Anak
Ilustrasi memasangkan anak masker untuk melindungi diri dari paparan COVID-19. (Sumber foto: Pexels.com).

Liputan6.com, Jakarta Ada kekhawatiran bagi orang tua yang memiliki anak balita karena muncul subvarian virus COVID-19 yang semakin kuat. Sementara anak-anak di bawah 6 tahun belum bisa mendapatkan vaksin. 

Lantas, apa yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah penularan virus ini?

Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Pondok Indah, William Jayadi Iskandar mengatakan, pandemi COVID-19 memang tidak kunjung usai sejak pertama kali ditemukan di Indonesia dua tahun lalu.

"Indonesia pun menjadi salah satu negara yang memiliki pasien COVID-19 anak terbanyak di dunia. Karenanya, sangat penting menjaga daya tahan tubuh anak, untuk menghindarkannya dari penyebaran virus," katanya melalui pesan elektronik kepada Liputan6.com, Sabtu (16/7/2022).

Berikut dr William memberikan tips yang bisa dilakukan orangtua 

1. Pastikan asupan makanan sehat dan bergizi untuk si kecil

Hindari makanan yang berpengawet, berkadar gula dan garam tinggi, dan mengandung lemak jenuh tinggi. Berikan makanan bergizi seimbang dengan protein hewani yang cukup, serta konsumsi buah dan sayur secukupnya.

2. Atur jadwal tidur yang cukup dan teratur

Anak butuh tidur selama 12-16 jam/hari,sedangkan remaja butuh tidur 8-10 jam/hari. Batasi penggunaan gadget atau screen time sekitar 1 jam sebelum tidur.

3. Berolahraga bersama si kecil secara rutin setiap hari, setidaknya sekitar 1 jam/hari, serta kelola stres yang baik.

Obesitas merupakan salah satu komorbiditas yang dapat memperberatinfeksi covid-19.Jangan lupa lengkapi vaksinasi anak sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.

4. Terapkan protokol kesehatan yang ketat

Tetap memakai masker apabila keluar rumah, dan menjaga kebersihan tangan.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kapan anak butuh multivitamin?

Menurut dr William, pemberian multivitamin untuk anak sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak.

"Biasanya apabila nutrisi anak sudah terpenuhi dari makanan, pemberian multivitamin tidak terlalu dianjurkan," jelasnya.

Multivitamin, kata dia, bisa diberikan apabila anak sedang beradadalam fase pemulihan atau penyembuhan setelah sakit.

"Pemberian vitamin/mineral juga dianjurkan jika anak mengalami gejala klinis kekurangan mikronutrien atau kadar dalam darah menurun," katanya.

MIS-C, Kondisi Usai Kena COVID-19 pada Anak

Mengutip laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), MIS-C merupakan kondisi dimana bagian tubuh yang berbeda mengalami peradangan. Seperti jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.

Sejauh ini, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan MIS-C. Namun peradangan tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 atau virus Corona.

Hal tersebut lantaran anak dengan MIS-C sebelumnya pernah terinfeksi COVID-19 atau pernah berada di sekitar orang dengan COVID-19. Menurut CDC, pasien dengan MIS-C bisa mengalami perbaikan lewat perawatan medis.

Di sisi lain, MIS-C juga dapat menjadi kondisi yang serius bahkan menyebabkan kematian pada pasien yang mengalaminya.

Lebih lanjut CDC menganjurkan orangtua untuk langsung menghubungi dokter jikalau menemukan anak mengalami gejala MIS-C. Gejala MIS-C sendiri berupa demam yang diikuti oleh gejala lainnya dalam waktu bersamaan.

Selain demam, berikut gejala MIS-C yang dapat terjadi.

1. Sakit perut

2. Mata merah

3. Diare

4. Pusing (tanda-tanda tekanan darah rendah)

5. Ruam kulit

6. Muntah

Dalam kasus MIS-C, tidak semua anak akan menunjukkan gejala yang sama. Namun bila menemukan adanya demam dengan sederet gejala tambahannya, maka penting untuk langsung memeriksakan kondisi tersebut.

 

 

Kasus MIS-C Meningkat pada anak Indonesia

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpAK mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan kasus Multisystem Inflammatory System in Children (MIS-C) di Indonesia.

"Data terkini menunjukkan adanya peningkatan kasus COVID-19 pada bayi dan anak yang membutuhkan perawatan," ujar Piprim dalam siaran pers yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, (8/7/2022).

 "Selain itu juga ada peningkatan kasus Multisystem Inflammatory System in Children dan potensi kasus Long COVID-19 pada anak di Indonesia," sambungnya.

Menurut Piprim, Omicron BA.4 dan BA.5 yang jauh lebih menular dari varian sebelumnya ini memberikan potensi yang menyebabkan adanya gelombang kasus COVID-19 berikutnya.

Terlebih seperti yang diketahui, anak-anak terutama yang berusia dibawah enam tahun di Indonesia pun belum dapat menerima vaksinasi COVID-19.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 IDAI, dr Yogi Prawira, SpAK mengungkapkan bahwa anak memiliki risiko yang sama dengan orang dewasa untuk terinfeksi COVID-19.

"Anak memiliki risiko yang sama dengan dewasa untuk terinfeksi COVID-19, bahkan berpotensi mengalami komplikasi MIS-C dan long COVID-19, sehingga pencegahan adalah yang utama," ujar Yogi.

Menurut Yogi, kebiasaan baik seperti mematuhi protokol kesehatan selama masa pandemi COVID-19 seharusnya dipertahankan. Bahkan justru seharusnya semakin ditingkatkan mengingat saat ini COVID-19 tengah mengalami peningkatan.

"Protokol kesehatan terbukti efektif mencegah berbagai penyakit infeksi, termasuk COVID-19," tegasnya.

Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya