1 Pasien Suspek Cacar Monyet di Jawa Tengah, Bukan PPLN dan Sedang Isolasi di RS Swasta

Satu pasien suspek cacar monyet ditemukan di Jawa Tengah. Saat ini, pemeriksaan masih terus dilakukan dan pasien tengah menjalani isolasi di rumah sakit.

oleh Diviya Agatha diperbarui 04 Agu 2022, 08:57 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2022, 17:40 WIB
Virus Cacar Monyet
Ilustrasi ilmuwan sedang meneliti virus cacar monyet. Credits: pexels.com by Anna Shvets

Liputan6.com, Jakarta Kasus cacar monyet atau monkeypox telah terdeteksi di negara tetangga yakni Singapura, Australia, dan Thailand. Saat ini, Indonesia juga dikabarkan telah memiliki satu kasus suspek cacar monyet baru yang tengah diteliti.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa pasien suspek cacar monyet ditemukan di Jawa Tengah (Jateng) dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit swasta.

"Seorang laki-laki, 55 tahun. Bukan PPLN (Pelaku Perjalanan Luar Negeri), suspek monkeypox, dan saat ini dirawat isolasi di RS swasta di Jateng untuk perawatan dan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan cacar monyet atau bukan," ujar Syahril pada Health Liputan6.com, Rabu (3/8/2022).

Syahril menjelaskan, pemeriksaan laboratorium dengan metode polymerase chain reaction (PCR) juga akan dilakukan untuk memastikan hal tersebut. Mengingat masih ada kemungkinan bahwa yang berada pada tubuh pasien bukanlah virus cacar monyet.

"Akan dilakukan pemeriksaan lab PCR untuk memastikannya. Bisa saja hanya cacar biasa atau penyakit lain bukan monkeypox," kata Syahril.

Lebih lanjut Syahril mengungkapkan bahwa hasil tes juga masih menunggu dalam beberapa hari kedepan. Ia memastikan bahwa hasil tes akan keluar dalam jangka waktu lima sampai tujuh hari.

"Tunggu saja sekitar lima sampai tujuh hari," ujarnya.

Cacar monyet sendiri telah ditetapkan sebagai Darurat Kesehatan Global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kasusnya meningkat pesat selama beberapa bulan terakhir pada negara-negara non-endemis seperti Eropa dan Amerika Serikat.

Bukan dari Populasi Gay

Cegah Penyebaran Cacar Monyet, Penumpang Bandara Soetta Diperiksa Suhu Tubuh
Layar televisi menampilkan iklan tentang cacar monyet atau monkeypox tayang di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (15/5/2019). Pemeriksaan dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit cacar monyet. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu pun membenarkan soal kabar ini. Maxi menjelaskan bahwa kasus ini masih dalam status suspek.

"Kami sudah meminta konfirmasi, memang gejalanya mirip monkeypox dan didiagnosa suspek monkeypox," kata Maxi melalui pesan singkat pada Health Liputan6.com, Rabu (3/8/2022).

Menurut Maxi, pasien yang bersangkutan masuk dalam kategori suspek cacar monyet lantaran menunjukkan adanya gejala mirip cacar monyet. Ia menjelaskan bahwa pasien satu ini bukanlah dari populasi gay.

"Tidak (bukan kelompok gay)," ujar Maxi.

Satu hari sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Cacar Monyet khusus sebagai bentuk kewaspadaan untuk menyoroti cacar monyet di Indonesia.

"Di Indonesia sampai hari ini belum terdapat kasus konfirmasi infeksi monkeypox. Namun pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat harus tetap waspada. PB IDI membentuk Satgas Monkeypox guna merespons ancaman global tersebut," ujar Ketua Satgas Cacar Monyet PB IDI, dr Hanny Nilasari, SpKK dalam virtual media briefing Monkeypox bersama PB IDI pada Selasa, 2 Agustus 2022.

IDI Bentuk Satgas Cacar Monyet

Virus Cacar Monyet
Ilustrasi virus cacar monyet. Credits: pixabay.com by Alexandra_Koch

 Hanny mengungkapkan bahwa pihaknya akan melakukan kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan organisasi profesi lainnya untuk melawan cacar monyet.

"Kami dari Satgas PB IDI akan membantu dan akan selalu berkolaborasi dengan Kemenkes tentunya terkait info dan hal-hal yang terjadi belakangan. Kedepan kita akan berkolaborasi dengan berbagai organisasi profesi. Di sini ada enam organisasi profesi yang tentunya bisa membantu pada saat kita membutuhkan info, data kasus, dan lain sebagainya," kata Hanny.

Sejauh ini, Satgas Cacar Monyet PB IDI sudah berkolaborasi dengan lima organisasi profesi. Lalu, apa sajakah itu? Berikut diantaranya.

  • Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
  • Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)
  • Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (PERDOSKI)
  • Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI)
  • Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS Patklin)

Permintaan Terkait Vaksin Cacar Monyet

Vaksin Cacar
Ilustrasi vaksin cacar monyet. (Sumber foto: Pexels.com)

Dalam pemaparannya, Hanny mengungkapkan bahwa permintaan terkait vaksin cacar monyet sebenarnya sudah sempat diterima olehnya. 

"Sudah ada dua orang yang japri saya, karena memang saya juga dibidang infeksi menular seksual. Ada yang menanyakan vaksinasi. Jadi mereka inginya secara preventif untuk melakukan vaksinasi, karena mereka merasa bahwa mereka adalah populasi sangat berisiko," ujar Hanny.

Namun Hanny menjelaskan, vaksin untuk cacar monyet di Indonesia belum disetujui oleh pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Meskipun sudah ada dua jenis vaksin yang direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat maupun WHO.

"Vaksin untuk monkeypox ini memang belum di approve oleh BPOM meskipun sudah ada dua vaksin yang menjadi rekomendasi CDC atau WHO," kata Hanny.

Sehingga menurut Hanny, upaya yang bisa dilakukan saat ini hanyalah dengan memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya pada masyarakat terkait cacar monyet. Terutama pada populasi khusus yang masuk kategori berisiko.

Infografis Ancaman Cacar Monyet dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ancaman Cacar Monyet dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya