Liputan6.com, Jakarta - Platform Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik secara Elektronik (SMILE), yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia dan United Nations Development Programme (UNDP) sukses membantu distribusi vaksin COVID-19 hingga pelosok.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, pelaporan dan pencatatan data stok vaksin COVID-19 yang dimasukkan dalam SMILE di masing-masing daerah menjadi lebih termonitor.
Baca Juga
Jumlah stok vaksin dan berapa hari estimasi vaksin akan habis juga termonitor secara real time lewat SMILE. Ketika daerah akan habis stok vaksin, maka dapat terpantau dalam database Kemenkes, sehingga dilanjutkan pengiriman stok vaksin berikutnya.
Advertisement
"Kami, Kementerian Kesehatan telah mengembangkan inovasi dalam digitalisasi kesehatan sesuai dengan transformasi kesehatan yang dicanangkan oleh Pak Menteri Kesehatan (Budi Gunadi Sadikin) dipilar ke 6 adalah digitalisasi kesehatan," kata Maxi saat acara Visioning The Digital Health Transformation in Indonesia with Smile Application di Gedung Kemenkes RI Jakarta, Senin (8/8/2022).
"SMILE ini sudah terbukti. Jadi, betul-betul sangat memudahkan kita dalam melakukan distribusi vaksin. Keakuratannya dan juga dari sisi akuntabilitas itu sangat mudah. Kalau dilakukan audit ya data-datanya tercatat dengan baik."
Dalam hal ini, SMILE yang baru diluncurkan dan efektif berjalan selama pandemi juga berhasil mendistribusikan vaksin COVID-19 dalam jumlah hingga 420 juta dosis. Jumlah tersebut sudah disuntikkan.
"Tentu ini (SMILE) sangat, sangat membantu, terbukti dengan jumlah vaksin yang didistribusikan banyak saat COVID-19, yang sudah terpakai 420-an juta dosis vaksin khususnya buat vaksinasi COVID-19," terang Maxi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Distribusi Vaksin Terbanyak Selama Pandemi
Maxi Rein Rondonuwu menambahkan, SMILE termasuk salah satu inovasi digital yang mendukung pelaksanaan vaksinasi di lapangan. Upaya ini bertujuan memperkuat sistem rantai pasokan vaksin.
"Adanya SMILE sebagai etalase digital. Ini dalam rangka penguatan sistem rantai pasok vaksin, program imunisasi yang lebih efektif dan efisien serta mudah dipantau secara real time," tambahnya.
"Dari SMILE ini, membantu distribusi vaksin, yang sudah kita suntikan sebanyak 420-an juta dosis. Hal ini menandakan vaksinasi dibantu dengan SMILE berjalan baik. Saya kira ini satu hal yang sangat baik, bahkan sebuah sejarah kita bisa melakukan distribusi vaksin sebanyak itu di masa pandemi."
Perluasan penggunaan SMILE turut mendapat dukungan dari Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI). Penggunaan SMILE tidak hanya untuk monitoring vaksin COVID-19, melainkan vaksin lain untuk imunisasi rutin.
"GAVI telah menjadi pendukung besar juga untuk peningkatan dan perluasan SMILE di Indonesia di bawah GAVI Post Transition Engagement Window secara rutin tahun 2021," lanjut Maxi.
GAVI merupakan organisasi internasional yang bertempat di Geneva, Swis. Organisasi ini didirikan pada tahun 2000 dan dikenal sebagai lembaga penyedia vaksin untuk anak-anak di negara miskin. Dalam penyediaan vaksin, GAVI bekerja sama dengan mitra aliansi United Nations Children's Fund (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Permudah Logistik Vaksin
Dalam waktu kurang dari empat tahun, perluasan SMILE dengan bantuan GAVI diimplementasikan baik untuk imunisasi rutin maupun vaksinasi COVID-19 secara nasional. Penggunaan SMILE juga menyebar ke seluruh puskesmas yang ada di Indonesia.
"Pengguna lebih dari 12.000 Puskesmas. Ada 11.000 lebih, ya 12.000 pusat kesehatan di 34 provinsi yang ada di Indonesia dan memiliki banyak fasilitas kesehatan," Maxi Rein Rondonuwu menerangkan.
"Adanya GAVI ini sangat memudahkan kita dalam pengelolaan logistik (vaksin)."
Maxi berharap SMILE tidak hanya dilakukan untuk monitoring vaksin, melainkan logistik lain, seperti obat-obatan.
"Ke depan, saya juga masih berharap SMILE ini kalau bisa dimanfaatkan lebih luas lagi untuk logistik obat termasuk program yang lain. Saya sudah minta coba tolong bisa digunakan untuk pengelolaan logistik obat-obatan malaria," imbuhnya.
Sistem Pencatatan yang Baik
Ditegaskan kembali oleh Maxi Rein Rondonuwu, SMILE turut membantu sistem pencatatan yang lebih baik berkaitan dengan pelaksanaan imunisasi rutin dan vaksinasi COVID-19. Terlebih, logistik vaksin yang dibutuhkan di daerah pelosok.
"Ini (SMILE) sangat kami butuh juga dalam mengatur logistik, yaitu dengan sistem pencatatan yang baik. Karena sering orang daerah teriak kekurangan logistik ya, apalagi dari Papua itu. Kalau dia teriak hari ini habis logistik, nanti kami informasi kemungkinan dua minggu baru terpenuhi," pungkasnya.
"Saya kira hal ini penting juga untuk ke depan. Jadi minta bantuan juga perwakilan UNDP Indonesia untuk membantu kami soal logistik yang lain."
Selain itu, keberhasilan pelaksanaan program imunisasi juga membutuhkan dukungan penuh dari semua pihak, baik pemerintah daerah hingga fasilitas kesehatan.
"Keberhasilan imunisasi membutuhkan bantuan teman-teman di provinsi, kabupaten/kota sampai di Puskesmas, termasuk Rumah Sakit, klinik-klinik swasta maupun juga dari lintas program maupun Lintas sektoral," ucap Maxi.
Advertisement