Liputan6.com, Jakarta Seseorang yang terkonfirmasi positif cacar monyet (monkeypox) rupanya tidak perlu dirawat di ruang isolasi bertekanan negatif. Pada kasus pertama monkeypox di Indonesia yang diumumkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pasien yang bersangkutan cukup menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Juru Bicara Kemenkes Republik Indonesia, Mohammad Syahril menegaskan, penanganan pasien cacar monyet memang berbeda dengan COVID-19. Bila perawatan pasien COVID-19, terutama gejala berat membutuhkan ruang isolasi bertekanan negatif di rumah sakit, sedangkan pasien positif monkeypox tidak memerlukan jenis ruangan tersebut.
Baca Juga
"Pasien ini tidak memerlukan ruang isolasi ya. Sekali lagi, tidak memerlukan ruang isolasi sebagaimana (pasien) COVID-19. Ruang isolasinya itu berbeda," jelas Syahril saat Press Conference: Penemuan Pasien Pertama Terkonfirmasi Monkeypox pada Sabtu, 20 Agustus 2022.
Advertisement
"Walaupun sama-sama ruang isolasi, kalau COVID-19 itu dengan tekanan negatif, tapi kalau (pasien) cacar monyet tidak memerlukan ruang isolasi yang bertekanan negatif."
Pasien pertama terkonfirmasi positif cacar monyet yang dilaporkan Kemenkes adalah seorang Warga Negara Indonesia (WNI) berusia 27 tahun yang berasal dari DKI Jakarta. Usai bepergian dari Belanda, Swiss, Belgia, dan Prancis, gejala cacar monyet muncul di tubuhnya.
"Habis bepergian dari luar negeri, dia ada demam dan pembesaran kelenjar limfo (getah bening), ada cacar ruam di muka, tangan, dan sebagian di alat genital. Ada kesigapan petugas kesehatan, rumah sakit begitu tanggap dengan cepat melakukan respons pemeriksaan lanjutan," beber Syahril.
"Melakukan pemeriksaan PCR, dalam hitungan dua hari sudah dilakukan. Tadi malam sudah positif terkonfimasi. Saat ini, pasien baik-baik saja, dalam istilah COVID-19 gelaja ringan, sehingga pasien tidak perlu dirawat, cukup isoman di rumah."
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Surveilans Kontak Erat
Menindaklanjuti temuan pasien terkonfirmasi positif cacar monyet asal DKI Jakarta, dinas kesehatan (dinkes) setempat segera melakukan surveilans. Pelacakan (tracing) dilakukan untuk mengetahui, apakah ada penyebaran virus monkeypox yang berkontak erat dengan pasien berusia 27 tahun tersebut.
"Dinkes lalu melakukan surveilans kepada kontak erat pasien untuk lakukan pemeriksaan, apakah penyebaran kasus cacar monyet terdapat pada kontak erat dengan pasien yang bersangkutan. Ini memerlukan tracing," Mohammad Syahril melanjutkan.
Berdasarkan data Kemenkes per 20 Agustus 2022, ada 22 dugaan kasus atau suspek dan satu terkonfirmasi positif cacar monyet. Seluruh kasus suspek kini berstatus discarded -- kasus disingkirkan karena bukan cacar monyet.
"Artinya apa? Indonesia baru ada satu orang yang terkonfirmasi positif sesuai diagnosis klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kita sudah ada 22 kasus dulu suspek di Banten, Jawa Tengah, Riau dan sebagainya," lanjut Syahril.
"Semua sudah dilakukan PCR dan surveilans, semuanya negatif dan dalam keadaan tidak terjadi penularan lebih lanjut. Semua pasien tersebut bukan cacar monyet. Nah, satu kasus ini memang sudah terkonfirmasi positif tadi malam. Untuk itu, dilakukan berbagai langkah surveilans oleh dinkes bersama Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes."
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Pengobatan Bersifat Simptomatis
Dalam pemberian pengobatan-pengobatan terhadap pasien cacar monyet, Mohammad Syahril menyampaikan, masyarakat tak perlu cemas. Pedoman dan panduan penanganan monkeypox sudah disebarluaskan kepada seluruh tenaga kesehatan (nakes).
"Pengobatan standar sudah diberikan rumah sakit dan ada petunjuknya dari Direktorat P2P Kementerian Kesehatan. Langkah-langkah apa yang harus dilakukan, baik di tingkat Puskesmas atau rumah sakit layanan primer sampai tingkat rumah sakit rujukan sudah ada," ujarnya.
Mengutip laman Infeksi Emerging Kemenkes, sampai saat ini pengobatan yang spesifik untuk monkeypox masih terbatas tahap pengembangan. Pengobatan lebih bersifat simptomatis dan supportif. Orang dengan monkeypox harus mengikuti saran dari fasilitas layanan kesehatan.
Penyakit dapat sembuh dan gejala dapat hilang dengan sendirinya. Penting bagi siapa pun yang terinfeksi monkeypox untuk cukup minum air, makan dengan baik, dan cukup tidur. Pasien yang mengisolasi diri harus menjaga kesehatan mental dengan berolahraga jika mereka merasa cukup sehat dan meminta dukungan kesehatan mental dari fasyankes setempat jika diperlukan.
Pasien monkeypox harus menghindari menggaruk kulit mereka dan merawat ruam dengan membersihkan tangan sebelum dan sesudah menyentuh lesi dan menjaga kulit tetap kering dan terbuka. Ruam dapat dijaga kebersihannya dengan air steril atau antiseptik.
Hindari Kontak Langsung
Ditegaskan kembali, hingga saat ini belum ada terapi yang spesifik untuk penyakit cacar monyet. Kondisi ini umumnya akan sembuh sendiri meski gejala dapat bertahan 2 sampai 4 minggu.
Walaupun tidak ada terapi khusus, pasien cacar monyet tetap diberikan obat-obatan yang bersifat suportif untuk membantu mengurangi gejala yang muncul. Perawatan khusus di rumah sakit bisa dibutuhkan apabila gejala yang muncul berat.
Pasien juga dianjurkan untuk isolasi diri sendiri untuk sementara waktu agar tidak terjadi penularan virus monkeypox ke orang sekitar, terutama keluarga terdekat. Pastikan pasien istirahat cukup, mengonsumsi makanan yang bergizi, serta mencukupi kebutuhan cairan setiap harinya.
Mohammad Syahril pun mengimbau kepada masyarakat agar menghindari kontak langsung dengan pasien terkonfirmasi positif monkeypox atau yang diduga mengalami penyakit tersebut.
"Karena penularan penyakit ini utama sekali melalui kontak langsung kepada penderita. Kontak langsung maksudnya, dengan bersalaman berpelukan atau mungkin tidur bersama," pesannya.
"Dan juga kontak kepada benda-benda atau barang-barang di sekitar pasien, umpamanya selimut, handuk dan lainnya."
Advertisement