Paparan HIV/AIDS di Kota Bandung Masih Tinggi, Pemicunya Perilaku Seksual Berisiko

Angka paparan HIV/AIDS melalui hubungan heteroseksual atau perilaku seksual berisiko tersebut tiap tahun mengalami kenaikan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 28 Agu 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi penyakit HIV AIDS
Ilustrasi penyakit HIV AIDS. (Photo by jcomp on Freepik)

Liputan6.com, Bandung - Paparan Human Immunodeficiency Virus/Acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS)  masih tinggi di Kota Bandung. Pemicu tertinggi yaitu dari hubungan heteroseksual atau perilaku seksual berisiko yang kisarannya hampir 40 persen.

Berdasarkan pantauan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung, diketahui paparan perilaku seksual berisiko terus mengalami peningkatan.

Tren ini berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya sebut Ketua KPA Kota Bandung Sis Silvia Dewi, paparan tertinggi HIV/AIDS yaitu akibat menggunakan alat atau jarum suntik yang tidak steril.

“Banyak pengidap HIV/AIDS akibat penggunaan tidak steril jarum suntik. Jumlahnya hampir 40 persen, tetapi sekarang menurun 30, 9 persen,” ujar Silvia kepada Liputan6.com, ditulis Minggu, 28 Agustus 2022.

Silvia menjelaskan hampir dipastikan seluruh warga Kota Bandung melakukan hubungan heteroseksual atau perilaku seksual berisiko. Dengan adanya perilaku itu, sangat mudah sekali bagi warga Kota Bandung berisiko terpapar HIV/AIDS.

"Pemeriksaan HIV penting agar tidak menular ke orang lain, apalagi ke pasangan hidup. Dengan memeriksakan diri, maka paparan HIV akan berhenti di pengidap saja," kata Silvia.

Angka paparan melalui hubungan heteroseksual tersebut tiap tahun mengalami kenaikan. Pasalnya masih banyak warga yang kurang menyadari pentingnya datang ke fasilitas kesehatan untuk memeriksa HIV. 

Silvia menerangkan tidak adanya gejala awal yang dirasakan oleh pengidap HIV menjadi faktor lain pengidap beresiko menularkan kembali kepada orang lain atau bahkan pasangannya.

“Yang jadi sedih itu kan HIV/AIDS itu kan terutama HIV-nya enggak ada gejala tuh, jadi banyaknya orang yang kena HIV tidak tahu kalau dia kena HIV. Akhirnya orang yang tertular ga sadar kalau ada ibu rumah tangga tertular lalu hamil akhirnya punya anak yang positif," ungkap Silvia. 

 

Kampanye 3 Zero

 

Agar paparan penyakit infeksi menular khusus ini tidak terus meluas, KPA Kota Bandung tengah berupaya mengedukasi warga dengan adanya kampanye 3 Zero.

Kampanye 3 Zero bertujuan agar pada tahun 2030 tidak ada kasus baru HIV/AIDS, tidak ada pengidap yang meninggal dan tidak ada lagi stigma negatif atau diskriminasi terhadap pengidap.

"Intinya ada warga yang ikut mengedukasi masyarakat tahu cara penularannya dan pencegahannya. Karena HIV nggak ada gejala ya," tukas Silvia.

Penyebaran HIV/AIDS Periode 1991-2021 di Kota Bandung

Berikut data penyebaran HIV/AIDS di Kota Bandung periode 1991 - Desember 2021 dari 5.943 pengidap HIV/AIDS dengan KTP Kota Bandung:

- Swasta: 31.01 persen

- Wiraswasta: 15.32 persen

- Tidak bekerja: 12.44 persen

- Ibu rumah tangga: 11.18 persen

- Lain-lain: 9.45 persen

- Mahasiswa: 6.96 persen

- Tidak diketahui: 6.49 persen

- Pekerja seks: 2.53 persen

- PNS 1.99 persen

- Tenaga medis: 0.56 persen

- Napi: 0.50 persen

- Sopir: 0.46 persen

- TNI Polri: 0.43 persen

- Buruh kasar: 0 persen

Data Penyebaran HIV/AIDS Berdasarkan Usia

Data penyebaran HIV/AIDS di Kota Bandung hingga Desember 2021 berdasarkan umur dari 5.943 pengidap HIV/AIDS dengan KTP Kota Bandung:

- 0-14 tahun: 2,76 persen

- 15-19 tahun: 2.09 persen

- 20-29 tahun: 44.84 persen

- 30-39 tahun: 34.16 persen

- 40-49 tahun: 10.17 persen

- 50 tahun ke atas: 4.21 persen

- Tidak diketahui: 1.78 persen (Arie Nugraha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya