Tren Omicron BA.4 dan BA.5 di Jawa-Bali sudah Mulai Menurun

Kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di Jawa - Bali per 28 Agustus 2022 mulai menurun.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 01 Sep 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2022, 12:00 WIB
Varian Omicron XE
Varian Omicron /pixabay.com Geralt

Liputan6.com, Jakarta Tren kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di Jawa - Bali sudah melampaui puncak dan mulai menurun. Laporan ini sebagaimana data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 28 Agustus 2022.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kasus varian BA.4 dan BA.5 juga relatif lebih rendah dari sisi hospitalisasi dan masuk ICU.

"kita juga melihat bahwa kasus Omicron terutama untuk BA.4 dan BA.5 ini dari sisi hospitalisasi dan dari sisi yang masuk ICU dan yang meninggal relatif jauh lebih rendah dibandingkan Delta maupun yang Omicron sebelumnya," kata Budi Gunadi saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI yang disiarkan dari Komplek Parlemen Senayan, Jakarta secara virtual, ditulis Kamis (1/9/2022).

Walau tren varian Omicron ini menurun di Jawa - Bali, situasi di luar Jawa - Bali masih naik. Namun, kenaikan Omicron BA.4 dan BA.5 di luar Jawa - Bali terbilang lebih rendah.

Provinsi seperti Kalimantan, Omicron BA.4 dan BA.5 naik lebih dulu, kemudian menurun, sedangkan di provinsi lain masih agak naik. Tren kasus, perawatan, dan kematian di luar Jawa - Bali dengan nilai mingguan dihitung per 100.000 penduduk, yang mana alami peningkatan tren kasus, tetapi masih di Level 1.

"Kita juga melihat trennya sudah menurun di Jawa - Bali, nah di luar Jawa - Bali itu relatif lebih besar porsinya karena tren di Jawa - Bali sudah menurun. Kita bisa melihat kasusnya, hampir semua provinsi di Jawa - Bali sekarang sudah mulai menurun, rumah sakit biasanya nanti mengikuti," papar Budi Gunadi.

"Di luar Jawa - Bali memang kelihatan masih naik tapi secara nominalnya masih relatif lebih rendah. Kalimantan naik duluan, sekarang sudah turun ya. Kita masih melihat misalnya, Sulawesi masih agak naik, Sumatera juga masih agak naik."

Positivity Rate Turun

FOTO: Waspada Ancaman Omicron hingga Februari Mendatang
Kepadatan calon penumpang kereta Commuter Line (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Data sementara Kementerian Kesehatan hingga 10 Januari 2022, total ada 506 kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Perkembangan positivity rate -- proporsi orang positif dari keseluruhan orang yang dites -- secara nasional yang dilihat dalam hitungan mingguan juga menurun dibanding 6 pekan yang lalu. Angka ini dipengaruhi oleh jumlah testing.

Dalam melihat positivity rate, Budi Gunadi Sadikin menghitung perbandingan secara mingguan, bukan membandingkan hari yang sama pada minggu yang sama.

"Rata-rata mingguan, trennya menurun dibandingkan 6 minggu lalu. Kita lihat 6 minggu lalu, 3 minggu pertama masih naik. Kemudian data mingguan 3 minggu terakhir, tren kasus baru dan positivity rate sudah menurun," terang Menkes Budi Gunadi

"Biasanya kita tidak membandingkan hari Senin dengan Selasa gitu atau hari Minggu dibandingkan hari Rabu. Kita membandingkannya hari Sabtu dengan Sabtu minggu lalu, hari Minggu dibandingkan hari Minggu sebeumnya, hari Senin dibandingkan Senin sebelumnya. Ya, supaya kelihatan naik turunnya."

Data per 28 Agustus 2022, tren kasus harian nasional pekan ini turun 2 persen (4.392 kasus) dibanding pekan sebelumnya (4.642 kasus). Angka positivity rate minggu ini turun 10,6 persen ketimbang pekan lalu (11,3 persen).

Laju Penularan Corona Turun

FOTO: Waspada Ancaman Omicron hingga Februari Mendatang
Kepadatan calon penumpang kereta Commuter Line (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Kementerian Kesehatan memprediksi penyebaran kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia akan terus terjadi hingga mencapai puncaknya pada Februari 2022. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Selain itu, perkembangan reproduction rate (reproduksi efektif) ikut menurun yang terlihat di seluruh pulau. Angka reproduksi efektif adalah rata-rata banyak orang yang terinfeksi akibat terpapar dari 1 orang yang positif atau sakit.

Umumnya, setiap jenis penyakit memiliki basic reproduction rate (standar reproduksi efektif), yaitu nilai tetap kemampuan penyebaran penyakit dalam situasi, tanpa disertai intervensi pencegahan tertentu. Contohnya, reproduksi efektif COVID-19 varian original dari Wuhan, sebesar 2,4 sampai dengan 2,6.

Artinya, 1 orang kasus positif rata-rata dapat menularkan kepada 2 - 3 orang lain di sekitarnya setelah melakukan interaksi.

"Secara nasional, tim epidemiolog mengukur reproduction efektif ini tiap minggu yang kami laporkan juga ke  Bapak Presiden (Joko Widodo/Jokowi). Trennya untuk masing-masing pulau juga sudah menurun," jelas Menkes Budi Gunadi Sadikin.

"Kalau di atas 1 artinya laju penularan masih terjadi. Targetnya kita bahwa kita ingin menurunkan angka reproduksi efektif di bawah satu, artinya penularan dari 2 menjadi 1. Kalau angka penularannya dari 1 jadi 2 orang, 2 orang jadi 3 orang itu artinya penularannya masih di atas 1."

Jaringan Lab Genomik Lebih Siap

Tes PCR
Ilustrasi tes PCS, salah satu testing Covid-19. Credits: pexels.com by visionart.av

Budi Gunadi Sadikin menambahkan, penguatan surveilans deteksi varian Virus Corona terus dilakukan. Kini, kemampuan laboratorium sudah bisa mendeteksi varian kurang lebih 2.000 genom.

Selanjutnya, lab untuk testing COVID-19 juga bertambah. Kemenkes pun menambah jumlah jaringan lab genomik bukan hanya di Jawa saja, melainkan di luar Jawa.

"Pas pertama kali saya jadi Menteri Kesehatan, kemampuan kita melakukan survei genomik hanya 140 dalam jangka waktu 9 bulan dengan hanya 10 lab genomik. Sekarang kita sudah bisa melakukan sebulannya kurang lebih 2.000 genom," tambah Budi Gunadi.

"Perkembangan lab yang tadinya di bulan Desember 2020 yang bisa melakukan genom sekuensing dan enggak semuanya aktif, sekarang dalam dua tahun terakhir, kita sudah berhasil menambah jumlah jaringan di lab genom. Kami sebar ke seluruh Indonesia, bukan hanya di Jawa saja. Ini untuk mencepat kalau misalnya ada deteksi virus lain di daerah-daerah di luar Indonesia."

Upaya penambahan jaringan lab genomik juga bertujuan mendeteksi lebih luas lagi varian virus, baik COVID-19 maupun cacar monyet (monkeypox).

"Ini juga berguna, kalau misalnya nanti ada virus seperti monkeypox dan lain sebagainya, kita bisa dengan cepat mengetahui jenis varian virus apa termasuk TB varian bakterinya. Semuanya sekarang bisa jauh lebih siap," pungkas Menkes Budi Gunadi.

"Kami menaruh alat genom di perguruan tinggi karena untuk mengoperasikannya relatif lebih sulit dibandingkan dengan laboratorium PCR. Jadi, jaringan laboratorium nasional untuk genom ini menjadi jauh lebih komprehensif sesudah kejadian COVID-19."

Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya