Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Kebaya Merah Viral, Apa Efek Warna pada Gairah Seks?

Merah kerap dikaitkan dengan gairah, kesenangan, peningkatan detak jantung, hingga rasa lapar.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 12 Nov 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2022, 21:00 WIB
Lingerie Merah
Ilustrasi lingerie merah (Foto: Pixabay/webandi)

Liputan6.com, Jakarta Kebaya merah menjadi kata kunci yang ramai dibahas di jagat maya maupun media massa beberapa waktu belakangan ini. Kata kunci tersebut berkaitan dengan video asusila yang sempat beredar di dunia maya. Salah seorang pemeran dalam video tersebut diketahui mengenakan kebaya berwarna merah.

Polda Jawa Timur bergerak cepat mengusut video itu. Para pemeran dalam video asusila pun telah ditangkap pada 6 November 2022.

"Penangkapan dilakukan di daerah Medokan, Surabaya. Saat ini kita lakukan pemeriksaan untuk mengetahui motif dari kedua tersangka ini melakukan perekaman dan penyebaran konten kebaya merah," ucap Direktur Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim Kombes Farman soal video mesum itu, Senin (7/11/2022).

Bicara mengenai warna kebaya yang entah kebetulan atau disengaja, merah kerap dikaitkan dengan gairah, kesenangan, peningkatan detak jantung, hingga rasa lapar. Bahkan sebuah studi menegaskan bahwa jika dibandingkan dengan wanita yang memakai pakaian berwarna lain, wanita yanng mengenakan pakaian merah memberi sinyal lebih kuat bahwa dia "tertarik pada seks".

Berdasarkan sebuah studi oleh University od Rochester dan dipublikasikan dalam ScienceNow disebutkan bahwa,"Para pria menilai wanita yang memakai baju merah sebagai wanita yang lebih tertarik pada seks."

Hal tersebut memberi tanda bahwa mungkin manusia dikondisikan untuk menghubungkan warna merah dengan kesuburan.

Ini semua berkaitan dengan biologi - peningkatan aliran darah menyebabkan kulit memerah dan karenanya, merah menandakan kesediaan untuk kawin, jika kita ingin mengetahuinya secara mendasar - sehingga penulis penelitian menggunakan pengetahuan itu untuk melakukan percobaan.

Mereka sudah tahu bahwa pria lebih tertarik pada warna merah daripada warna lainnya, dilansir Glamour. Adam Pazda, yang mengerjakan eksperimen tersebut berkata, "Tidak harus gaun merah atau pakaian seksi," katanya. "Ini bisa menjadi T-shirt merah."

Studi Terhadap Warna Merah

Pazda dan rekan-rekannya melakukan eksperimen sederhana. Mereka menunjukkan foto seorang wanita yang tampil dalam pakaian dengan warna berbeda seperti kaos merah atau putih kepada 25 pria. Para peneliti kemudian meminta para sukarelawan untuk memberi nilai 1 hingga 9 mengenai seberapa tertarik model tersebut dengan percintaan. Dengan kata lain, para pria menjawab pertanyaan: 'Apakah dia tertarik pada seks?'.

Studi tersebut mengungkap, pria menafsirkan pakaian merah sebagai sinyal bahwa wanita memang lebih terbuka terhadap rayuan seksual. Faktanya, para pria cenderung menilai disposisi wanita terhadap seks sekitar 1 hingga 1,5 poin lebih tinggi ketika dia mengenakan kaos merah daripada putih.

Satu studi lain juga dilakukan oleh sekelompok peneliti Jerman. Mereka menemukan bahwa mengenakan warna merah dapat memengaruhi daya tarik diri yang dirasakan.

Dalam studi yang diterbitkan dalam European Journal of Social Psychology, orang yang mengenakan pakaian merah dilaporkan merasa lebih menarik secara fisik dan reseptif secara seksual daripada mereka yang mengenakan warna biru. Hal ini dikenal sebagai "efek merah".

Hal ini didasarkan pada kepercayaan warna merah meningkatkan perhatian pada objek dengan warna tersebut. Peningkatan daya tarik berkembang dari gagasan bahwa orang memperhatikan objek/orang dan kemudian menilai objek atau orang tersebut. Penilaian yang dirasakan ini bisa menjadi lebih jelas atau lebih ditekankan melalui warna merah.

"Hasilnya menunjukkan bahwa efek persepsi diri merah dimediasi oleh penerimaan seksual dan status persepsi diri individu," tulis para peneliti. 

 

Merah Meningkatkan Daya Tarik di Mata Lawan Jenis

Anne Berthold, penulis studi terkait dari University of Zurich, menjelaskan bahwa dia terinspirasi untuk mempelajari efek warna berdasarkan studi oleh peneliti Andrew Elliot.

"Saya membaca artikel Elliot et al. tentang efek merah tentang orang asing, saya memutuskan untuk melakukan seminar praktis tentang efek warna. Kami mendiskusikan banyak ide dalam seminar dan beberapa di antaranya diarahkan pada persepsi diri," katanya seperti dilansir Medical Daily.

Dalam studi Elliot tahun 2008, ia menemukan wanita yang bernuansa atau mengenakan warna merah dinilai secara signifikan lebih menarik dan diinginkan secara seksual oleh pria daripada wanita yang mengenakan warna lain. Wanita-wanita ini juga lebih mungkin menerima undangan ke prom dan disuguhi jalan-jalan yang lebih mahal saat mengenakan warna merah.

Efek merah hanya berkembang pada laki-laki dan hanya persepsi daya tarik, yang berarti merah tidak meningkatkan peringkat daya tarik untuk penilaian perempuan terhadap perempuan lain, atau mempengaruhi persepsi disukai, kecerdasan, atau kebaikan.

Dua tahun kemudian, Elliot melakukan penelitian lain untuk melihat apakah mengenakan warna merah memengaruhi daya tarik fisik dan seksual yang dirasakan wanita terhadap pria. Pria yang mengenakan warna merah atau yang memiliki rona kemerahan dianggap tampan dan memiliki daya tarik seks. Orang-orang ini juga dipandang lebih tinggi statusnya, lebih mungkin menghasilkan uang, dan lebih mungkin untuk menaiki tangga sosial, meningkatkan daya tarik. 

Tidak Berdampak Sama pada Setiap Orang

Dalam tiga percobaan untuk studi saat ini, Berthold dan rekan-rekannya meminta peserta mengenakan kaos merah atau biru. Mereka ditempatkan di bilik yang dilengkapi dengan cermin. Para peserta harus menyelesaikan survei yang mencakup pertanyaan tentang daya tarik yang mereka rasakan sendiri. Tapi, para peneliti mengarahkan para peserta untuk percaya bahwa penelitian itu pada kemampuan untuk memprediksi ciri-ciri kepribadian berdasarkan fitur wajah.

Dalam percobaan terakhir, para peserta mengikuti prosedur serupa, tetapi mereka diminta untuk mengambil foto diri mereka sendiri, tanpa diberi cermin.

Temuan mengungkapkan peserta menganggap diri mereka lebih menarik saat mengenakan warna merah daripada mengenakan warna biru.

“Kami menemukan bahwa orang bisa merasa lebih menarik saat mengenakan pakaian merah,” kata Berthold.

Dia memperingatkan bahwa efek merah mungkin tidak menguntungkan semua orang. Misalnya, beberapa orang bisa merasa lebih buruk saat mengenakan warna merah karena mereka merasa semua mata tertuju pada mereka. Ini menjamin penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana karakteristik kepribadian yang berbeda berinteraksi dengan efek warna.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya