Kuku Rapuh dan Sulit Konsentrasi, 2 Gejala pada Orang Anemia

Anemia defisiensi besi miliki gejala yang kurang disadari, misalnya kuku rapuh dan susah konsentrasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Des 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 04 Des 2022, 08:00 WIB
Mengobati Anemia
Ilustrasi Anemia Credit: pexels.com/Vero

Liputan6.com, Jakarta - Anemia atau orang awam menyebut dengan 'kurang darah' ialah kondisi seseorang tidak memiliki sel darah merah dalam jumlah yang cukup untuk mengantarkan oksigen ke berbagai jaringan yang terdapat di dalam tubuh.

Berdasarkan Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi anemia meningkat dari 21,7 persen (2013) menjadi 23,7 persen (2018) dari total populasi di Indonesia. Selain itu, pada 2018, diketahui 3 dari 10 remaja Indonesia menderita anemia.

Penyebab anemia yang paling umum adalah kekurangan zat besi. Kondisi ini biasa disebut anemia defisiensi besi (ADB). ADB menyumbang 62,6 persen dari total kasus anemia di 2013 secara global.

"Satu dari 6 perempuan kemungkinan menderita anemia defisiensi besi," tutur Ketua Umum Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) Dr. dr. TB. Djumhana Atmakusuma, SpPD-KHOM pada press conference Peringatan Hari Kekurangan Zat Besi Sedunia 2022 & Peluncuran Anemia Meter pada Rabu (30/11/2022).

ADB dapat menyerang siapa saja. Meskipun demikian, populasi rentan seperti lansia dan anak-anak berisiko lebih tinggi. Selain itu, kondisi tubuh seperti hamil, pendarahan, menstruasi yang berlebihan, hemoroid, dan gastritis juga dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan zat besi dan apabila tidak diatasi dapat menjadi anemia defisiensi besi.

Untuk mencegahnya, perhatikan asupan zat besi Anda. Pemenuhan kebutuhan zat besi bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi maupun suplemen tambahan. Selain itu, penting untuk mengetahui gejala dan tanda anemia defisiensi besi.

Gejala dan Tanda ADB

Pengaruh Anemia
Ilustrasi Anemia Credit: pexels.com/Yunalya

Djumhana menyebutkan bahwa pada orang dengan anemia defisiensi besi ada beberapa gejala yang terlihat. Yakni:

1. Pucat

2. Kuku rapuh

3. Bibir pecah- pecah dan sariawan

4. Rambut rontok

"Untuk sariawan dan rambut rontok biasanya timbul pada pasien anemia hemolitik autoimun terutama penyakit lupus," ujar Djumhana.

Sementara gejala yang dapat dirasakan berupa kelelahan, sakit kepala, napas pendek, susah konsentrasi, pusing, tangan dan kaki terasa dingin, sulit tidur, serta rentan terkena infeksi.

"Susah konsentrasi karena oksigennya kurang jadi kita enggak bisa mikir, ya. Kemudian pusing sama juga karena kurang oksigenasi. Terasa dingin-dingin, kelelahan, sulit tidur, semua ada karena oksigenasi jaringannya berkurang karena oksigennya kurang."

Sementara itu, dampak yang timbul jika ADB tidak ditangani antara lain:

1. Pada bayi dan anak

-Menurunkan pertumbuhan anak

-Menurunkan fungsi sistem imun

-Menurunkan performa kognitif

2. Pada ibu hamil

-Meningkatkan risiko kelahiran prematur

-Meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah

3. Pada dewasa produktif

-Menurunkan produktivitas fisik dan pekerjaan pada orang dewasa

4. Pada lansia

-Menurunkan fungsi kognitif

-Meningkatkan risiko kesakitan dan kematian

Zat Besi

Gejala Anemia Tidak Hanya Sebatas Kulit Pucat
Gejala Anemia Tidak Hanya Sebatas Kulit Pucat

Penting untuk memastikan tubuh tidak kekurangan zat besi agar tidak terkena ADB. Kendati demikian, kelebihan zat besi juga tidak baik bagi tubuh.

Zat besi ada 2, yaitu Ferro (Fe2+) dan Ferri (Fe3+). Djumhana mengungkapkan bahwa yang beredar dalam darah adalah Ferro. Begitu masuk ke dalam tubuh, ferro akan berubah menjadi ferri. Sementara jika tidak diubah dapat menjadi toksik .

"Besi adalah seperti yang sangat diperlukan oleh manusia dalam segala sel tubuh kita baik sel darah merah dan sebagainya. Namun demikian, pada kondisi tertentu justru besi ini bisa menjadi pisau bermata dua, bisa tajam bisa merusak tubuh andaikata kelebihan."

Kelebihan kadar zat besi dalam tubuh (iron overload) disebut thalasemia.

Ini dapat menimbulkan iron toxicity ke jantung, hati, pankreas, sehingga obatnya justru bukan obat preparat besi tapi obat yang digunakan untuk menurunkan zat besi. Oleh karena itu, penting untuk memastikan kadar zat besi dalam tubuh agar seimbang—tidak kelebihan dan tidak kekurangan.

Produksi Sel Darah Merah

Infografis Anemia (Liputan6.com/Yoshiro)
Infografis Anemia (Liputan6.com/Yoshiro)

Selain memperhatikan asupan zat besi, ada nutrisi lain yang juga penting dalam produksi sel darah merah.

"Untuk produksi sel darah merah di sumsum tulang bukan semata-mata hanya zat besi saja," kata Djumhana.

Zat besi memang penting, tetapi ada vitamin dan mineral lain yang juga dibutuhkan untuk pembentukan darah merah yang sehat, yaitu:

1. Asam folat

Ini dapat membantu dalam proses pematangan sel darah merah. Tablet tambah darah juga mengandung asam folat.

2. Vitamin C

Antioksidan dan kofaktor untuk enzim yang terlibat dalam metabolisme serta imunitas.

3. Vitamin B12

Memfasilitasi pembentukan sel darah merah yang sehat.

4. Vitamin B6

Membantu produksi hemoglobin

5. Tembaga

Mendukung metabolisme besi

6. Mangan

Menjaga proses sel yang terlibat pada homeostasis darah.

"Sehingga kalau kita nanti ada bertemu dengan defisiensi zat besi, maka kita akan melihat apakah ada lain-lain enggak kekurangannya, apakah ada B12 juga, apakah B6, ada tembaga, ada mangan. Karena kalau kurang juga maka percuma," ujar Djumhana. "Jadi, besi dan lain-lain itu mesti dinilai juga."

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis Kenali Gejalanya dan Jurus Redam Covid-19 Omicron XBB
Infografis Kenali Gejalanya dan Jurus Redam Covid-19 Omicron XBB (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya