Liputan6.com, Jakarta Subvarian Omicron terbaru bernama BN.1 sudah terdeteksi masuk Indonesia. Saat ini Kementerian Kesehatan RI sedang mengamati pola BN.1 menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.
"Kita sudah melewati gelombang XBB dan BQ.1, tapi kami perhatikan, ada subvarian baru BN.1," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Baca Juga
"Untuk jumlah kasus BN.1 di Indonesia, saya masih belum tahu persisnya berapa kasus. Tapi yang pasti, kasus itu sudah ditemukan di Indonesia," lanjutnya lagi.
Advertisement
Nadia menjelaskan subvarian BN.1 telah ditambahkan ke dalam daftar varian Virus Corona yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat karena menyumbang empat persen kasus infeksi di negara tersebut.
"Kami sedang monitor varian baru yang sekarang ini, termasuk BN.1, sebab di beberapa negara juga sudah dilaporkan, tapi dia belum mengalami tren peningkatan kasus," kata Nadia mengutip Antara.
Umumnya varian baru Virus Corona bertahan rata-rata selama tiga bulan. Setelah sampai pada puncaknya, kasus akan melandai. Saat ini, Kemenkes sedang meningkatkan upaya survailens untuk melacak kasus BN.1 melalui pemeriksaan genomik dari pasien yang terpapar SARS-CoV-2 untuk melihat pola spesifik dari varian baru tersebut.
Menyebar ke Lebih dari 30 Negara, Ini Karakter BN.1
Dalam kesempatan yang sama Nadia menyebutkan bahwa varian BN.1 selain Amerika Serikat, juga terdeteksi di lebih 30 negara lainnya, termasuk Australia, Inggris, India, hingga Austria. Sebagian besar temuan awal BN.1 di negara tersebut terjadi pada pertengahan tahun ini.
Di Amerika Serikat, pada Oktober 2022 kasus BN.1 terjadi pada 1 dari 100 kasus COVID-19 di sana. Lalu, pada November menjadi 1 dari 20 kasus di sana. Ini menandakan bahwa anakan Omicron ini memiliki pertumbuhan yang jelas.
"Jika ada kenaikan kasus, berarti subvarian tersebut memiliki keunggulan yang dapat mendorong lebih banyak kasus COVID-19 serta memiliki kemampuan untuk menghindari dari kekebalan yang sudah dimiliki," kata virolog dari Otago University, Selandia Baru, Jemma Geoghegan mengutip NZ Herald.
Advertisement
Mampu Mengelabui Sistem Imun Tubuh
Para pakar dunia internasional sepakat bahwa BN.1 memang memiliki kemungkinan seperti yang disampaikan Jemma di atas. BN.1 mungkin memiliki sifat yang mampu mengelabui sistem imun tubuh atau menyelinap masuk meski orang tersebut sudah punya kekebalan terhadap COVID-19.
Prediksi dari alat yang dirancang Bloom Lab Pusat Kanker Fred Hutchinson menunjukkan beberapa strain BN.1 membawa mutasi yang dapat "menyelinap dari kekebalan yang tinggi" seperti mengutip CBS News.