Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Mengenal Dampak Revenge Porn, Bisakah Individu Sepenuhnya Terhindar?

Revenge porn merupakan tindak pelecehan seksual yang mudah dijumpai selama beberapa tahun belakangan. Meski telah menjaga diri, bisakah sebenarnya Anda benar-benar terhindar?

oleh Diviya Agatha diperbarui 26 Des 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 26 Des 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi situs porno.
Ilustrasi situs porno. (BBC)

Liputan6.com, Jakarta - Istilah revenge porn menjadi tak asing di masyarakat selama beberapa tahun belakangan. Pasalnya, jenis pelecehan seksual satu ini dapat dengan mudahnya Anda jumpai di internet.

Adapun aduan terkait revenge porn di Indonesia banyak diterima oleh Komnas Perempuan. Pada 2017 lalu, 70 persen kasus kekerasan pada perempuan terjadi di internet. Kasus itu termasuk cyber grooming, revenge porn, dan prostitusi daring.

National Association of the Attorneys General mendefinisikan revenge porn sebagai tindakan mendistribusikan konten pornografi berupa gambar atau video seks milik seseorang tanpa seizin korban. Tujuannya, sebagai bentuk balas dendam, bentuk mempermalukan korban, hingga cara pelaku untuk mendapatkan kekuatan atau kendali atas korban.

Revenge porn dapat dilakukan oleh mantan pasangan, pasangan, teman, maupun orang lain seperti peretas. Biasanya, revenge porn pun kerap kali disertai dengan ancaman tertentu.

Misalnya, pelaku mengancam akan menyebarkan foto asusila atau video seks di media sosial jika Anda tidak mau menuruti permintaannya. Terapis sekaligus edukator seks, Kristen Lilla, LCSW mengungkapkan bahwa ada tiga tujuan besar dari revenge porn.

"Ini adalah upaya untuk mempermalukan, menghina, dan mencoba merusak reputasi seseorang," ujar Lilla mengutip Elite Daily, Senin (26/12/2022).

Revenge porn tentu dapat berdampak buruk bagi korbannya. Data survei milik Cyber Civil Rights Initiative menemukan bahwa 90 persen dari korban revenge porn ternyata adalah perempuan. 

Studi yang dilakukan Center for Innovative Public Health Research pun turut menemukan bahwa ternyata satu dari 10 wanita dibawah usia 30 tahun telah mengalami ancaman penyebaran konten pornografi tanpa konsensual.

Ancaman yang Ditimbulkan dari Revenge Porn

Ilustrasi Video Porno
Ilustrasi Video Porno. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Terlepas dari apapun motifnya, revenge porn dapat menimbulkan konsekuensi yang parah dan menyakitkan bagi para penyintas. Psikoterapis, Ariella Grosse, LMSW mengungkapkan bahwa korban pelecehan semacam ini dapat merasa rendah diri, depresi, cemas, hingga penyalahgunaan zat terlarang.

Pendapat tambahan diungkapkan oleh Nicole Richardson, konselor pernikahan dan terapis keluarga. Menurutnya, korban revenge porn bahkan bisa menjauhkan diri dari lingkungan sosial dan masyarakat.

"Revenge porn dapat membuat korbannya mengasingkan diri dari teman dan keluarganya. Itu bisa terasa seperti pengkhianatan oleh seseorang yang mungkin ia kira bisa ia percayai, yang mana bisa membuatnya sulit untuk memercayai orang lain di masa depan," kata Richardson.

Dalam kasus revenge porn yang dilakukan pasangan atau mantan pasangan, korban dapat merasa sangat dikhianati kepercayaannya. Padahal kepercayaan adalah hal mendasar dalam sebuah hubungan.

"Tanpa pemulihan emosional yang serius dan berfokus pada trauma, akan terasa sulit bagi para penyintas untuk membuka diri terhadap pasangan masa depan dan sulit untuk dirinya merasa aman," ujar Richardson.

Dampak Lain Revenge Porn dan Hal yang Perlu Dilakukan

Efek Depresi
Ilustrasi Depresi Credit: pexels.com/Liza

Selain berdampak pada kesehatan mental korban, revenge porn juga dapat membuat korban mengalami kerusakan reputasi, menurut Center for Innovative Public Health Research.

Bahkan, jika gambar atau video seks yang disebarkan ikut berisi informasi pengenal. Hal itu dianggap dapat menambah intimidasi dan pelecehan menjadi lebih lanjut dari orang-orang yang melihatnya.

Menyedihkannya lagi, tidak ada cara pasti agar seseorang dapat sepenuhnya melindungi diri dari revenge porn.

"Tidak ada cara sempurna untuk dapat melindungi diri, karena gambar atau video itu bisa diambil tanpa persetujuan Anda," kata Richardson.

Hal tersebut didukung oleh penemuan lanjutan Center for Innovative Public Health Research, 43 persen korban revenge porn ternyata menjadi korban peretas. Dengan kata lain, meskipun Anda berhati-hati menjaga foto dan video yang eksplisit, tidak pernah ada jaminan keamanannya.

Namun, ada hal-hal yang bisa Anda lakukan untuk meminimalkan risiko.

Meminimalisir Risiko Revenge Porn

Stop Kekerasan Seksual Termasuk Revenge Porn
Pelaku kekerasan seksual revenge porn terancam pidana 6 tahun / pexels.com Anete Lusina

Richardson mengungkapkan bahwa jika Anda memilih untuk mengambil gambar bagian dari tubuh Anda, sebaiknya hindari wajah Anda atau tanda khas lainnya pada tubuh seperti tato.

"Menghindari untuk tidak foto telanjang sama sekalipun merupakan tindakan perlindungan potensial lainnya, dan ini menjadi tanggung jawab korban," ujar Lilla.

Jika Anda menjadi korban pelecehan revenge porn, Anda mungkin bisa mengambil tindakan hukum, terutama jika korban masih anak-anak. Revenge porn tercatat sebagai sesuatu yang ilegal di beberapa negara dan banyak negara menawarkan penanganan kasus ini.

Di Indonesia sendiri, Anda bisa meminta bantuan salah satunya pada Komnas Perempuan untuk penyuluhan lebih lanjut.

"Namun perlu diingat, keputusan untuk menempuh jalur hukum bisa rumit dan penuh emosi bagi penyintas. Ini dapat menyebabkan tekanan psikologis lebih. Jadi pertimbangkan semua pilihan dengan hati-hati," kata Lilla.

Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya