Liputan6.com, Jakarta Kerap kali tak disadari, era media sosial semakin lama semakin melunturkan privasi para penggunanya. Anda mungkin salah satu yang tak asing melihat unggahan para orangtua yang mengekspos anaknya dengan terlalu detail.
Bahkan, Anda mungkin mempertanyakan atau memperdebatkan keputusan orangtua yang tidak ingin mengekspos anaknya. Padahal, menjaga privasi keluarga memang menawarkan manfaat tersendiri.
Baca Juga
Salah satunya bisa turut meningkatkan keamanan anak dari risiko kejahatan seperti penculikan dan seterusnya. Mengingat risiko kejahatan meningkat dengan terbukanya akses pada kehidupan pribadi seseorang.
Advertisement
Menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani atau yang akrab disapa Nina, cara mencegah risiko kejahatan bisa dilakukan dengan tidak membongkar identitas anak di media sosial.
Nina mengakui bahwa saat ini banyak orangtua mencantumkan keterangan soal anak secara gamblang di internet. Terlebih, hal itu seringkali dilakukan tanpa sadar dengan risiko-risiko yang ada.
"Banyak yang nama anaknya diceritakan secara terbuka, terus tanggal lahirnya. Jadi ketahuan kan, ulang tahun kesekian, hari ini. Terus juga kesukaan-kesukaannya dan sebagainya," kata Nina pada Health Liputan6.com ditulis Rabu, (11/1/2023).
"Kalau ada orang yang jahat, dia akan dengan cepat relate. 'Oh, ini anaknya si itu. Punya kesukaan ini. Dia biasa main di sana', dan sebagainya. Kita memberikan data-data soal anak kita walaupun kita mungkin tujuannya memamerkan kesenangan. Jadi (untuk menurunkan risiko kejahatan), jangan terlalu membongkar identitas kita dan anak di media sosial," tegasnya.
Hindari Mencantumkan Nama Anak pada Semua Barang
Lebih lanjut Nina mengungkapkan bahwa cara menurunkan risiko kejahatan seperti penculikan sebenarnya juga bisa dilakukan dengan tidak mencantumkan nama anak pada semua barang yang mereka gunakan.
Seperti pada baju atau stiker anggota keluarga yang biasa ditempel di belakang kendaraan. Hal tersebut dianggap bisa membuat orang yang tidak dikenal dengan mudahnya mengetahui nama anak.
Nina menjelaskan, saat sudah mengetahui nama, akan lebih mudah juga untuk orang yang tidak dikenal mendekati anak. Apalagi anak kecil sebenarnya lebih tertarik jika ada orang yang memanggil langsung dengan nama.
"Kalau bajuku ada nama Nina terus orang iseng manggil. Katakanlah aku anak enam tujuh tahun, tentunya aku nengok karena namaku dipanggil. Anak itu bisa lebih mudah tertarik pada orang yang bisa memanggil namanya dibandingkan cuma sekadar 'Adik, adik' gitu. Itu meningkatkan kerentanan pada anak," kata Nina.
"Itu termasuk juga kalau di mobil dulu suka banyak stiker-stiker nama anggota keluarga. Nah, itu sebenarnya juga jadi ketahuan anak-anak itu namanya siapa."
Advertisement
Pentingnya Mengajarkan Anak Soal Keamanan
Selain hal-hal di atas, menjaga keamanan anak pun bisa dilakukan dengan membiasakan anak meminta izin saat mau pergi kemanapun.
"Termasuk kalau keluar rumah, anak itu harus izin dengan orangtua. Atau kalau misalnya diajak oleh orang lain, anak itu harus izin," ujar Nina.
Kalau memang anak masih balita, pastikan anak tidak berada terlalu jauh jaraknya dari orangtua maupun anggota keluarga lainnya. Pada anak yang sudah besar, batas jaraknya bisa ditambah agar anak tetap bisa mandiri.
Ajarkan Anak Menolak Pemberian Orang Tak Dikenal
Nina menambahkan, penting pula untuk mengajarkan anak menolak dengan elegan. Terutama jika diberikan makanan atau minuman dari orang yang tidak dikenal.
"Penting untuk mengajarkan anak menolak secara tegas tapi bukan yang galak, elegan gitu. Kalau misal ada yang mau kasih permen, tetap bisa sopan tapi menolak. Ini bisa mencegah bila anak diberikan obat bius dan sebagainya," kata Nina.
Advertisement